W
|
Seperti
yang dirasakan oleh Raka, sudah hampir tujuh tahun bersahabat dengan Vey dan
saling peduli satu sama lain. Sejak kelas enam SD mereka selalu bersama karena
memang jarak tempat tinggal mereka hanya lima langkah. SMP dan SMA mereka
bahkan bersamaan menjadikannya lebih dekat. Namun kehadiran Chiko menyingkirkan
perhatian Vey untuk Raka. Bagaimana perasaan Raka yang diacuhkan oleh sang
sahabat? Apakah selama tujuh tahun menjalin pertemanan tidak ada rasa diantara
mereka?
Member
Cast:
1. Raka 14.
Excel (adik Vey)
2. Vey
3. Chiko
4. Kathrine
5. Emma
6. Lizzy
7. Pak
Guru Sam
8. Bu
Guru Gista
9. Fariz
10. Yian
11. Hanny
12. Jupiter
13. Pak
Kepala Sekolah Wijyanto
~Episode 1~
Di
sebuah kamar seorang perempuan dan laki-laki, secara bersamaan jam berdering
membangunkan tidur Vey dan Raka. Masih dalam keadaan tertutup oleh selimut
dengan mata sayup-sayup, mereka berusaha mematikan bunyi alarm tersebut namun
mereka langsung terbangun kaget melihat jam yang menunjukkan pukul 06.50
tersisa waktu sepuluh menit sebelum gerbang sekolah ditutup. Mereka segera berlari
ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Membuka lemari pakaian mencari
seragam sekolahnya. Mengenakan kemeja putih dipadu dengan rompi berwarna biru
tua dengan rok rample pendek, berkaos kaki panjang dengan sepasang sepatu dunk
sky high warna putih, rambut panjang bergelombang andalannya pun digerai dengan
bibir merahnya yang kecil ditambah bulu mata lentiknya membuat Vey terlihat
sangat cantik. Sementara di kamar Raka, dia masih sibuk memberikan gel pada
rambutnya agar berdiri dan terlihat keren sesuai dengan postur badannya yang tinggi
dan berkulit putih itu. Mereka berdua langsung keluar dari kamarnya sambil
berlari menuju ruang makan yang sedari tadi mama dan papa mereka menunggunya
untuk makan bersama.
“Ma.. Vey berangkat dulu ya” kata Vey
sambil salim dengan kedua orang tuanya (tatapan sinis ke papa-nya) dan
mengambil satu buah roti dilahap ke mulutnya.
“Kamu ga sarapan dulu sayang?” jawab
Mama Vey.
“Engga mah udah telat nih.. dadahhh”
teriak Vey dari luar.
(Dirumah Raka) ketika Raka keluar dari
kamarnya melewati ruang makan.
“Raka makan dulu nak..” kata Mama Raka
memanggil.
“Raka udah telat nih mah, makan di
sekolah aja nanti” jawab Raka sambil berlari ke luar.
Raka menuju garasi untuk mengeluarkan
sepedanya yang biasa ia naiki setiap pergi ke sekolah. Dengan cepat Raka mengayuh
sepedanya dan dari kejauhan
dia melihat Vey yang sedang menunggu bus ke arah sekolahnya dengan keadaan
panik. Raka tersenyum dan mendekatinya.
“Ayo naikk..” ajak Raka kepada Vey.
Vey
kaget dia kira manusia yang menghampirinya ternyata sesosok vampire. Vey
memanggil Raka dengan sebutan vampire karena wajahnya yang putih pucat persis
seperti vampire. Vey menatap Raka sambil mengerutkan bibirnya dan menyipitkan
matanya. Sementara Raka menggoyang-goyangkan kepalanya efek dari lagu yang ia
dengarkan menggunakan headsetnya sambil mengunyah permen karet ke kanan ke kiri
hingga menggelembungkannya.
“Mau ga? Gak mau yaudah..” tanya Raka
lagi yang ingin mengayuh pedalnya beranjak pergi namun di hentikan oleh Vey.
“Tunggu.. tunggu.. Isshh rese” jawab Vey
sambil memukul pundak Raka dan langsung naik ke bustep belakang sepedanya
dengan memegang pundak Raka. “Lets go..” Vey menyuruh.
Mengayuh sepeda dengan
kecepatan tinggi sebisa mungkin yang dilakukan oleh Raka agar sampai di
sekolahnya. Dengan suasana pagi hari, orang-orang sibuk melakukan aktivitasnya,
ada yang berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, itu semua membuat Vey
senang dan senyum-senyum sendiri karena bisa melihat orang-orang disekitarnya
seperti itu. Sementara itu Raka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini karena dapat
berdekatan dengan Vey secara dekat, sesekali Raka menengok ke arah belakang
sambil memancarkan senyum manisnya. Walaupun hal seperti ini hampir setiap hari
mereka lakukan jika berangkat sekolah, tapi Raka beranggapan bahwa waktu tidak
akan terulang lagi dan tidak ada yang tahu kapan dan dimana detik itu berhenti,
moment yang dia habiskan bersama Vey adalah waktu yang special meskipun hal sesederhana
pun. Waktu terus berjalan, kaki Raka sudah mulai kelelahan karena berat beban
yang ia bawa adalah seekor singa. Singa sebutan Vey dari Raka karena memang Vey
memiliki watak yang jutek dan galak namun humble. Dari kejauhan mereka berdua
melihat gerbang sekolah sudah hampir ditutup
oleh satpam, Raka pun segera mempercepat goesnya dan gerbang pun semakin rapat
namun tidak bisa tertutup karena terhalang oleh roda sepeda bagian depan milik
Raka yang ternyata sudah sampai. Melihat tingkahnya membuat pak satpam kesal
dan berusaha menutup gerbang namun keras.
“Heits heitss bapak mau ngapain” tanya
Vey sambil memegang gerbang agar tidak dapat ditarik oleh Pak satpam.
“Kamu tidak lihat jam berapa? Jam 7
lewat 3 menit. Kamu telat 3 menit” jawab Pak satpam sambil menunjukkan jam
tangannya.
“Kata siapa kita telat, bapak gak liat
kita udah masuk ke dalam gerbang sekolah pak” saut Raka.
“Kamu masih diluar” jawab Pak satpam
kesal.
(Raka menunjuk ban sepedanya) “Roda ban
ini mewakili kita pak” kata Raka meledek.
Tidak
kuat melihat tingkah Raka yang bisa saja mengeles, akhirnya dengan terpaksa Pak
satpam membiarkan mereka berdua masuk.
***
Suara
riuh gemuruh terdengar dari dalam kelas 12B. Anak-anak yang asik bermain
sebelum jam pelajaran mulai, ada yang mendengarkan music, bermain
lempar-lemparan kertas, ada juga yang belajar bagi siswa yang dikenal dengan
kepintarannya, bahkan melakukan hal-hal konyol lainnya. Kelas 12B ini dikenal
oleh para guru bukan karena kepintaran siswanya melainkan yang selalu terlibat
dalam masalah. Saking asiknya, terdengar suara seseorang membuka pintu sontak
anak-anak panik langsung menduduki kursinya masing-masing menyangka bahwa yang
datang adalah seorang guru. Ketika di buka, tcaranggg…. “Good morning” teriak
Vey dan di belakangnya di ikuti oleh Raka. Anak-anak yang tadinya terdiam
langsung meneriaki kedatangan Vey dan Raka. Vey hanya tertawa dan berkata,
“Sorry.”
“Bikin kaget aja deh” kata salah satu
siswa.
Vey
dan Raka langsung duduk di bangkunya masing-masing. Vey duduk di barisan kedua
dan duduk di nomor dua dari depan, sedangkan Raka duduk di paling belakang
pojok sebelah kanan.
“Hhmm.. telat lagiii” kata Emma meledek
Vey dan Raka, sambil meletakan tangannya ke dagu.
“Kali ini siapa yang bangunnya
kesiangan?” sambung Lizzy sambil melirik Vey dan Raka.
Emma
dan Lizzy adalah teman baik Vey. Selama duduk di bangku SMA tidak ada yang
tidak mengenal mereka bertiga. Emma si gadis kecil imut berambut pendek bob
pinter ini selalu dikenal paling kalem diantara bertiga karena memiliki wajah
yang lugu, sementara Lizzy yang terkenal sexy badannya dengan rambut coklat
panjang bergelombangnya membuat cowok-cowok melirik untuk mendapatkan hatinya,
namun tidak mudah mendekati cewek ini karena dia memiliki sifat yang cuek.
Tidak
lama kemudian, Pak Guru Sam datang sambil membawa penggaris panjang yang sudah
menjadi kebiasannya dan membuat suasana kelas menjadi hening atas kehadirannya.
Pria tinggi berkacamata ini adalah wali kelas 12B.
“Oke.. selamat pagi anak-anak” kata Guru
Sam.
“Pagi pakk” jawab anak-anak bersamaan.
“Bapak kesini ingin memberi tahu kalian,
bahwa Ujian Nasional kalian hanya tinggal dua bulan lagi. Bapak harap kalian
berhenti bermain-main dan fokus pada pelajaran.” Jelas Guru Sam keras sambil memukul-mukul
penggarisnya ke meja pelan.
“hhaahhhh…” kata anak-anak mengeluh.
“Kayanya gue ga bakalan belajar” kata
salah satu siswa pelan.
“Entah bagaimana nilai gue.
Matematika….duarrr” kata Jupiter sambil meragakan tangannya ala pistol.
“Sstt.. hei heii… diam. Sekarang bukan waktunya kalian
mengeluh. Ini menjadi salah satu syarat untuk kalian bisa masuk ke perguruan
tinggi. Jadi
baguskan nilai kalian. Buat papa mama kalian bangga. Sekian.” Kata Guru Sam sambil
berjalan pergi keluar kelas.
“Aaahh..
Aku gak ada cita-cita untuk kuliah. Kamu gimana sayang?” kata Hanny ke Jupiter.
“Aku ikut kamu aja sayang. Kamu ke bulan
aku juga ikut kok” jawab Jupiter meledek sambil mengelus rambut Hanny.
Jupiter
dan Hanny adalah pasangan kekasih yang terkenal dengan aksi gaya pacarannya
yang konyol. Selain mereka duduk bersampingan, mereka berdua ini mempunyai
sifat humoris. Jadi, tidak asing lagi bagi teman-temannya jika mendengar mereka
sedang berbicara dan menggunakan bahasa yang berlebihan membuat teman-temannya
geli sendiri.
Sementara
yang lainnya masih mengeluh, justru Vey terlihat muram dan sedih pada wajahnya.
Dia hanya menundukkan kepalanya menahan air mata yang sudah tergelinang di
matanya. Ternyata ia masih mengingat kata-kata Guru Sam -buat papa mama kalian
bangga- “Hhmm bangga? Papa? Mama? Yang mana? Kandung atau tiri?” kata Vey dalam
hati.
#Flashback3TahunYangLalu
Semasa Vey menduduki bangku
3 SMP. Melihat wajah riang, canda dan tawa gadis ini bersama teman-temannya
keluar dari gerbang sekolahnya seusai pelajaran, karena mendapatkan nilai A di
kelasnya. Tidak sabar ingin memberitahukan kepada mama papa-nya dirumah.
Sesekali Vey melihat hasil ujian tersebut sambil senyum-senyum sendiri. Dia
ingin tahu reaksi apa yang akan datang dari wajah kedua orang tuanya. Menaiki
bus untuk sampai dirumah dengan menggenggam handphone ditangannya, perasaan
bimbang menghantui dirinya. Apakah dia harus telp atau mengirim pesan kepada
mama papa-nya memberitahu bahwa dia mendapatkan nilai A tahun ajaran ini. Namun
Vey menahan diri untuk tidak melakukan apapun, karena dia ingin memberitahu
secara langsung. Sesampainya dirumah, membuka gerbang dan berlari ke dalam
dengan wajah riang, membuka pintu rumah sambil memegang hasil ujian di tangan kanannya.
Masuk ke dalam kamar mama papa-nya ternyata tidak ada, kemudian dia berjalan
dan melihat mereka sedang berada di dapur. Baru selangkah Vey berjalan ingin
menghampiri, suara gelas pecah menghentikan langkahnya. Suara itu akibat
papa-nya yang membanting gelas. Ternyata mama papa Vey sedang bertengkar hebat.
“Kamu mau apa sekarang?” kata Papa Vey.
“Ini” jawab Mama Vey sambil mengeluarkan
amplop yang berisi surat perceraian.
“Surat cerai? Demi laki-laki itu kamu
pilih keputusan ini?” jawab Papa Vey.
“Aku merasa udah ga cocok sama kamu. Aku
ga bisa lama-lama, aku harus pergi. Kalau kamu sudah menandatangani ini segera
hubungi aku” kata Mama Vey sambil beranjak pergi dan melihat Vey sedang berdiri
di hadapannya.
“Gimana dengan Vey dan Ex…” jawab papa
Vey terhenti pemanbicaranya karena melihat Vey.
Vey
yang hanya diam diri melihat pembicaraan orang tuanya, tak tahu harus berbuat
apa. Perasaan sedih dan kesal datang kepada dirinya, mengepalkan tangannya
namun ia tahan karena tidak ingin membuat kertas hasil ujian itu rusak.
“V.. Vey..” ucap mama Vey terbata-bata
serta wajah yang kaget, berpikir apakah Vey melihat semuanya.
“Hai ma.. pa.. (sambil menahan tangis)
ada apa kok berisik banget. Ohiya ma.. pa.. liat deh Vey dapet nilai apa, Vey
dapet nilai A ma.. pa.. (sambil menunjukkan kertasnya) Hehe.. Vey pinter kan.
Mana janji mama sama papa, katanya kalo Vey dapet nilai A, Vey bakal dikasih
hadiah.”
Kata
Vey sedih namun tidak ingin memperlihatkan kepada mereka dan menganggap tidak
mendengar apa-apa. Namun apa boleh buat, perasaan sedih tidak bisa
disembunyikan, sekuat tenaga ia berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata pada
akhirnya jatuh juga.
“Duhh
kelilipan hehehe..” kata Vey sambil mengelap air mata yang jatuh di pipinya.
Papa
dan Mama-nya yang melihat itu juga tak kuasa menahan sedihnya. Mama yang
berjalan mengarah ke tempat Vey berdiri, Vey sudah siap merentangkan tangannya
berpikir akan dipeluk oleh Mama-nya. Namun langkah kaki Mama-nya mengabaikan
Vey yang sudah tersenyum dan menuju pintu keluar. Setetes air mata pun jatuh
lagi di pipinya sambil tertawa sedih. Tentu masih ada Papa-nya, Vey menunjukan
kertasnya namun Papa melakukan hal yang sama, mengabaikan Vey.
“Setidaknya mereka mengucapkan selamat”
kata Vey sambil melihat ke arah mama papa-nya berjalan.
#FlashbackEnd
“Vey.. Vey..” panggil Lizzy dan membuat
Vey kaget dari lamunannya.
Raka
yang daritadi memperhatikan Vey melamun membuat dirinya penasaran apa yang
dilamunkan.
“Ohh hah? Kenapa?” jawab Vey.
“Ngelamun aja, ngelamunin apaan sih?”
tanya Lizzy
“Hhmm bukan apa-apa kok. Mau ke kantin
ga?” ngeles Vey biar tidak ditanya-tanya.
“Setuju, yukk… Em kantin” kata Lizzy
sambil mengajak Emma.
Vey
yang berusaha menyembunyikan sedihnya dengan senyumannya itu dan melupakan masa
lalu dirinya tetap tidak bisa dihindarkan dari penglihatan Raka. Jelas raka tau
gimana ekspresi wajah tulus Vey jika sedang sedih dan gembira, hampir tujuh
tahun bersama. Canda dan tawa Vey, Lizzy dan Emma memang sudah menjadi
kebiasaan mereka kalau sudah bersama berasa dunia milik mereka bertiga. Raka
yang melihat dari kejauhan langsung menghampiri dan duduk disamping Vey.
“Ngomongin apa sih seru banget kayanya?”
tanya Raka sambil meminum jus-nya.
“Kasih tau gak ya” ledek Lizzy.
“Lagian
Rak, lo ga cape apa nempellll terusss sama Vey. Vey kesini lo selalu ada, Vey
kesana lo ada juga” kata Emma.
“Gue kan emang selalu ada buat Vey
(sambil merangkul Vey)” kata Raka senyum-senyum.
(Vey menepis rangkulan Raka) “Gue ga
minta lo selalu ada buat gue” saut Vey sinis.
(Raka hanya senyum dan menatap mata Vey)
“Yaampun Vey.. lo kenapa sih kalo ketemu
Raka ga pernah akur. Temenan tujuh tahun loh….” Kata Emma.
“Gue baru kepikiran, kalian kan temenan
udah lama. Hhmm selama itu ga ada perasaan apa-apa gitu?” tanya Lizzy
penasaran.
(Vey dan Raka saling menatap malu)
“Masih banyak cowok lain di dunia ini” jawab Vey singkat.
“Isshh.. (tertawa manis) gue pergi
duluan ya” kata Raka bangun dari bangkunya sambil mengelus kepala Vey.
***
Di
kamar, Vey masih terlihat muram. Duduk di meja belajar sambil memandangi foto
dirinya dengan sang adik. Dimana mereka sudah tidak saling bertemu selama tiga
tahun lamanya. Adiknya yang kini tinggal bersama Papa dan Mama tirinya sedangkan
Vey tinggal bersama Mama dan Papa tirinya. Memperlihatkan senyum manisnya
sambil menahan tangis, tiba-tiba suara handphone berbunyi. Ternyata ia mendapat
sebuah pesan;
“Keluar” pesan Raka kepada Vey.
Setelah
mendapatkan pesan itu, Vey melihat ke luar jendela dimana pada malam itu sedang
hujan lebat. Ternyata Raka sudah berdiri menunggu di depan rumahnya dengan
memegang payung di tangan kirinya. Raka yang melihat Vey mengintip dari dalam
kamarnya, ia melambaikan tangannya sambil berteriak “Vey… Vey… V..” terpotong
panggilannya karena Vey segera menutup jendelanya. Handphone Vey pun berbunyi
lagi;
“Dingin” pesan Raka.
Pesan
kedua itu pun masih diabaikan oleh Vey.
“Selamat malam. Tidur yang nyenyak ya”
pesan raka lagi.
Akhirnya
Raka pun menyerah karena sampai saat ini terus diabaikan, membuat dirinya
membalikan badan dan melangkah berjalan pergi dari rumah Vey.
“Raka” Vey memanggil.
Raka
menghentikan langkahnya dan menegakkan kembali kepalanya dengan tatapan tajam sambil
tersenyum. Perlahan membalikkan kepalanya ke belakang dan ternyata ia melihat
Vey yang sudah berada di belakang dirinya dengan memegang payung berwarna biru,
mengenakan kemeja putih dan rok pendek dan berkata;
“Ngopi yukkk..” sambil tersenyum.
Raka
yang tak bisa berhenti menatap Vey jelas sudah terlihat dari matanya bahwa ada
perasaan senang karena ini adalah pertama kalinya Vey mengajak Raka keluar
terlebih dahulu.
Kira-kira gimana kelanjutannya? Tunggu....
~
To Be Continue~