Thursday 9 July 2015

(CERBUNG) High School: When2People Episode 1

W
  hen two people really care about each other, they will   always look for a way to make it work, no matter how hard it is.
Seperti yang dirasakan oleh Raka, sudah hampir tujuh tahun bersahabat dengan Vey dan saling peduli satu sama lain. Sejak kelas enam SD mereka selalu bersama karena memang jarak tempat tinggal mereka hanya lima langkah. SMP dan SMA mereka bahkan bersamaan menjadikannya lebih dekat. Namun kehadiran Chiko menyingkirkan perhatian Vey untuk Raka. Bagaimana perasaan Raka yang diacuhkan oleh sang sahabat? Apakah selama tujuh tahun menjalin pertemanan tidak ada rasa diantara mereka?

Member Cast:
1.  Raka                                              14. Excel (adik Vey)
2.  Vey
3.  Chiko
4.  Kathrine
5.  Emma
6.  Lizzy
7.  Pak Guru Sam
8.  Bu Guru Gista
9.  Fariz
10. Yian
11. Hanny
12. Jupiter
13. Pak Kepala Sekolah Wijyanto

~Episode 1~
Di sebuah kamar seorang perempuan dan laki-laki, secara bersamaan jam berdering membangunkan tidur Vey dan Raka. Masih dalam keadaan tertutup oleh selimut dengan mata sayup-sayup, mereka berusaha mematikan bunyi alarm tersebut namun mereka langsung terbangun kaget melihat jam yang menunjukkan pukul 06.50 tersisa waktu sepuluh menit sebelum gerbang sekolah ditutup. Mereka segera berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Membuka lemari pakaian mencari seragam sekolahnya. Mengenakan kemeja putih dipadu dengan rompi berwarna biru tua dengan rok rample pendek, berkaos kaki panjang dengan sepasang sepatu dunk sky high warna putih, rambut panjang bergelombang andalannya pun digerai dengan bibir merahnya yang kecil ditambah bulu mata lentiknya membuat Vey terlihat sangat cantik. Sementara di kamar Raka, dia masih sibuk memberikan gel pada rambutnya agar berdiri dan terlihat keren sesuai dengan postur badannya yang tinggi dan berkulit putih itu. Mereka berdua langsung keluar dari kamarnya sambil berlari menuju ruang makan yang sedari tadi mama dan papa mereka menunggunya untuk makan bersama.
        “Ma.. Vey berangkat dulu ya” kata Vey sambil salim dengan kedua orang tuanya (tatapan sinis ke papa-nya) dan mengambil satu buah roti dilahap ke mulutnya.
        “Kamu ga sarapan dulu sayang?” jawab Mama Vey.
        “Engga mah udah telat nih.. dadahhh” teriak Vey dari luar.
        (Dirumah Raka) ketika Raka keluar dari kamarnya melewati ruang makan.
        “Raka makan dulu nak..” kata Mama Raka memanggil.
        “Raka udah telat nih mah, makan di sekolah aja nanti” jawab Raka sambil berlari ke luar.
Raka menuju garasi untuk mengeluarkan sepedanya yang biasa ia naiki setiap pergi ke sekolah. Dengan cepat Raka mengayuh sepedanya dan dari kejauhan dia melihat Vey yang sedang menunggu bus ke arah sekolahnya dengan keadaan panik. Raka tersenyum dan mendekatinya.
        “Ayo naikk..” ajak Raka kepada Vey.
Vey kaget dia kira manusia yang menghampirinya ternyata sesosok vampire. Vey memanggil Raka dengan sebutan vampire karena wajahnya yang putih pucat persis seperti vampire. Vey menatap Raka sambil mengerutkan bibirnya dan menyipitkan matanya. Sementara Raka menggoyang-goyangkan kepalanya efek dari lagu yang ia dengarkan menggunakan headsetnya sambil mengunyah permen karet ke kanan ke kiri hingga menggelembungkannya.
        “Mau ga? Gak mau yaudah..” tanya Raka lagi yang ingin mengayuh pedalnya beranjak pergi namun di hentikan oleh Vey.
        “Tunggu.. tunggu.. Isshh rese” jawab Vey sambil memukul pundak Raka dan langsung naik ke bustep belakang sepedanya dengan memegang pundak Raka. “Lets go..” Vey menyuruh.



Mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi sebisa mungkin yang dilakukan oleh Raka agar sampai di sekolahnya. Dengan suasana pagi hari, orang-orang sibuk melakukan aktivitasnya, ada yang berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, itu semua membuat Vey senang dan senyum-senyum sendiri karena bisa melihat orang-orang disekitarnya seperti itu. Sementara itu Raka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini karena dapat berdekatan dengan Vey secara dekat, sesekali Raka menengok ke arah belakang sambil memancarkan senyum manisnya. Walaupun hal seperti ini hampir setiap hari mereka lakukan jika berangkat sekolah, tapi Raka beranggapan bahwa waktu tidak akan terulang lagi dan tidak ada yang tahu kapan dan dimana detik itu berhenti, moment yang dia habiskan bersama Vey adalah waktu yang special meskipun hal sesederhana pun. Waktu terus berjalan, kaki Raka sudah mulai kelelahan karena berat beban yang ia bawa adalah seekor singa. Singa sebutan Vey dari Raka karena memang Vey memiliki watak yang jutek dan galak namun humble. Dari kejauhan mereka berdua melihat gerbang sekolah sudah hampir ditutup oleh satpam, Raka pun segera mempercepat goesnya dan gerbang pun semakin rapat namun tidak bisa tertutup karena terhalang oleh roda sepeda bagian depan milik Raka yang ternyata sudah sampai. Melihat tingkahnya membuat pak satpam kesal dan berusaha menutup gerbang namun keras.

        “Heits heitss bapak mau ngapain” tanya Vey sambil memegang gerbang agar tidak dapat ditarik oleh Pak satpam.
        “Kamu tidak lihat jam berapa? Jam 7 lewat 3 menit. Kamu telat 3 menit” jawab Pak satpam sambil menunjukkan jam tangannya.
        “Kata siapa kita telat, bapak gak liat kita udah masuk ke dalam gerbang sekolah pak” saut Raka.
        “Kamu masih diluar” jawab Pak satpam kesal.
        (Raka menunjuk ban sepedanya) “Roda ban ini mewakili kita pak” kata Raka meledek.
Tidak kuat melihat tingkah Raka yang bisa saja mengeles, akhirnya dengan terpaksa Pak satpam membiarkan mereka berdua masuk.
***
Suara riuh gemuruh terdengar dari dalam kelas 12B. Anak-anak yang asik bermain sebelum jam pelajaran mulai, ada yang mendengarkan music, bermain lempar-lemparan kertas, ada juga yang belajar bagi siswa yang dikenal dengan kepintarannya, bahkan melakukan hal-hal konyol lainnya. Kelas 12B ini dikenal oleh para guru bukan karena kepintaran siswanya melainkan yang selalu terlibat dalam masalah. Saking asiknya, terdengar suara seseorang membuka pintu sontak anak-anak panik langsung menduduki kursinya masing-masing menyangka bahwa yang datang adalah seorang guru. Ketika di buka, tcaranggg…. “Good morning” teriak Vey dan di belakangnya di ikuti oleh Raka. Anak-anak yang tadinya terdiam langsung meneriaki kedatangan Vey dan Raka. Vey hanya tertawa dan berkata, “Sorry.”
        “Bikin kaget aja deh” kata salah satu siswa.

Vey dan Raka langsung duduk di bangkunya masing-masing. Vey duduk di barisan kedua dan duduk di nomor dua dari depan, sedangkan Raka duduk di paling belakang pojok sebelah kanan.
        “Hhmm.. telat lagiii” kata Emma meledek Vey dan Raka, sambil meletakan tangannya ke dagu.
        “Kali ini siapa yang bangunnya kesiangan?” sambung Lizzy sambil melirik Vey dan Raka.
Emma dan Lizzy adalah teman baik Vey. Selama duduk di bangku SMA tidak ada yang tidak mengenal mereka bertiga. Emma si gadis kecil imut berambut pendek bob pinter ini selalu dikenal paling kalem diantara bertiga karena memiliki wajah yang lugu, sementara Lizzy yang terkenal sexy badannya dengan rambut coklat panjang bergelombangnya membuat cowok-cowok melirik untuk mendapatkan hatinya, namun tidak mudah mendekati cewek ini karena dia memiliki sifat yang cuek.
Tidak lama kemudian, Pak Guru Sam datang sambil membawa penggaris panjang yang sudah menjadi kebiasannya dan membuat suasana kelas menjadi hening atas kehadirannya. Pria tinggi berkacamata ini adalah wali kelas 12B.
        “Oke.. selamat pagi anak-anak” kata Guru Sam.
        “Pagi pakk” jawab anak-anak bersamaan.
        “Bapak kesini ingin memberi tahu kalian, bahwa Ujian Nasional kalian hanya tinggal dua bulan lagi. Bapak harap kalian berhenti bermain-main dan fokus pada pelajaran.” Jelas Guru Sam keras sambil memukul-mukul penggarisnya ke meja pelan.
        “hhaahhhh…” kata anak-anak mengeluh.
        “Kayanya gue ga bakalan belajar” kata salah satu siswa pelan.
        “Entah bagaimana nilai gue. Matematika….duarrr” kata Jupiter sambil meragakan tangannya ala pistol.
            “Sstt.. hei heii… diam. Sekarang bukan waktunya kalian mengeluh. Ini menjadi salah satu syarat untuk kalian bisa masuk ke perguruan tinggi. Jadi baguskan nilai kalian. Buat papa mama kalian bangga. Sekian.” Kata Guru Sam sambil berjalan pergi keluar kelas.
“Aaahh.. Aku gak ada cita-cita untuk kuliah. Kamu gimana sayang?” kata Hanny ke Jupiter.
        “Aku ikut kamu aja sayang. Kamu ke bulan aku juga ikut kok” jawab Jupiter meledek sambil mengelus rambut Hanny.
Jupiter dan Hanny adalah pasangan kekasih yang terkenal dengan aksi gaya pacarannya yang konyol. Selain mereka duduk bersampingan, mereka berdua ini mempunyai sifat humoris. Jadi, tidak asing lagi bagi teman-temannya jika mendengar mereka sedang berbicara dan menggunakan bahasa yang berlebihan membuat teman-temannya geli sendiri.
Sementara yang lainnya masih mengeluh, justru Vey terlihat muram dan sedih pada wajahnya. Dia hanya menundukkan kepalanya menahan air mata yang sudah tergelinang di matanya. Ternyata ia masih mengingat kata-kata Guru Sam -buat papa mama kalian bangga- “Hhmm bangga? Papa? Mama? Yang mana? Kandung atau tiri?” kata Vey dalam hati.

#Flashback3TahunYangLalu
Semasa Vey menduduki bangku 3 SMP. Melihat wajah riang, canda dan tawa gadis ini bersama teman-temannya keluar dari gerbang sekolahnya seusai pelajaran, karena mendapatkan nilai A di kelasnya. Tidak sabar ingin memberitahukan kepada mama papa-nya dirumah. Sesekali Vey melihat hasil ujian tersebut sambil senyum-senyum sendiri. Dia ingin tahu reaksi apa yang akan datang dari wajah kedua orang tuanya. Menaiki bus untuk sampai dirumah dengan menggenggam handphone ditangannya, perasaan bimbang menghantui dirinya. Apakah dia harus telp atau mengirim pesan kepada mama papa-nya memberitahu bahwa dia mendapatkan nilai A tahun ajaran ini. Namun Vey menahan diri untuk tidak melakukan apapun, karena dia ingin memberitahu secara langsung. Sesampainya dirumah, membuka gerbang dan berlari ke dalam dengan wajah riang, membuka pintu rumah sambil memegang hasil ujian di tangan kanannya. Masuk ke dalam kamar mama papa-nya ternyata tidak ada, kemudian dia berjalan dan melihat mereka sedang berada di dapur. Baru selangkah Vey berjalan ingin menghampiri, suara gelas pecah menghentikan langkahnya. Suara itu akibat papa-nya yang membanting gelas. Ternyata mama papa Vey sedang bertengkar hebat.
        “Kamu mau apa sekarang?” kata Papa Vey.
        “Ini” jawab Mama Vey sambil mengeluarkan amplop yang berisi surat perceraian.
        “Surat cerai? Demi laki-laki itu kamu pilih keputusan ini?” jawab Papa Vey.
        “Aku merasa udah ga cocok sama kamu. Aku ga bisa lama-lama, aku harus pergi. Kalau kamu sudah menandatangani ini segera hubungi aku” kata Mama Vey sambil beranjak pergi dan melihat Vey sedang berdiri di hadapannya.
        “Gimana dengan Vey dan Ex…” jawab papa Vey terhenti pemanbicaranya karena melihat Vey.
Vey yang hanya diam diri melihat pembicaraan orang tuanya, tak tahu harus berbuat apa. Perasaan sedih dan kesal datang kepada dirinya, mengepalkan tangannya namun ia tahan karena tidak ingin membuat kertas hasil ujian itu rusak.
        “V.. Vey..” ucap mama Vey terbata-bata serta wajah yang kaget, berpikir apakah Vey melihat semuanya.
        “Hai ma.. pa.. (sambil menahan tangis) ada apa kok berisik banget. Ohiya ma.. pa.. liat deh Vey dapet nilai apa, Vey dapet nilai A ma.. pa.. (sambil menunjukkan kertasnya) Hehe.. Vey pinter kan. Mana janji mama sama papa, katanya kalo Vey dapet nilai A, Vey bakal dikasih hadiah.”
Kata Vey sedih namun tidak ingin memperlihatkan kepada mereka dan menganggap tidak mendengar apa-apa. Namun apa boleh buat, perasaan sedih tidak bisa disembunyikan, sekuat tenaga ia berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata pada akhirnya jatuh juga. 
“Duhh kelilipan hehehe..” kata Vey sambil mengelap air mata yang jatuh di pipinya.
Papa dan Mama-nya yang melihat itu juga tak kuasa menahan sedihnya. Mama yang berjalan mengarah ke tempat Vey berdiri, Vey sudah siap merentangkan tangannya berpikir akan dipeluk oleh Mama-nya. Namun langkah kaki Mama-nya mengabaikan Vey yang sudah tersenyum dan menuju pintu keluar. Setetes air mata pun jatuh lagi di pipinya sambil tertawa sedih. Tentu masih ada Papa-nya, Vey menunjukan kertasnya namun Papa melakukan hal yang sama, mengabaikan Vey.
        “Setidaknya mereka mengucapkan selamat” kata Vey sambil melihat ke arah mama papa-nya berjalan.
#FlashbackEnd
        “Vey.. Vey..” panggil Lizzy dan membuat Vey kaget dari lamunannya.
Raka yang daritadi memperhatikan Vey melamun membuat dirinya penasaran apa yang dilamunkan.
        “Ohh hah? Kenapa?” jawab Vey.
        “Ngelamun aja, ngelamunin apaan sih?” tanya Lizzy
        “Hhmm bukan apa-apa kok. Mau ke kantin ga?” ngeles Vey biar tidak ditanya-tanya.
        “Setuju, yukk… Em kantin” kata Lizzy sambil mengajak Emma.
Vey yang berusaha menyembunyikan sedihnya dengan senyumannya itu dan melupakan masa lalu dirinya tetap tidak bisa dihindarkan dari penglihatan Raka. Jelas raka tau gimana ekspresi wajah tulus Vey jika sedang sedih dan gembira, hampir tujuh tahun bersama. Canda dan tawa Vey, Lizzy dan Emma memang sudah menjadi kebiasaan mereka kalau sudah bersama berasa dunia milik mereka bertiga. Raka yang melihat dari kejauhan langsung menghampiri dan duduk disamping Vey.
        “Ngomongin apa sih seru banget kayanya?” tanya Raka sambil meminum jus-nya.
        “Kasih tau gak ya” ledek Lizzy.
“Lagian Rak, lo ga cape apa nempellll terusss sama Vey. Vey kesini lo selalu ada, Vey kesana lo ada juga” kata Emma.
        “Gue kan emang selalu ada buat Vey (sambil merangkul Vey)” kata Raka senyum-senyum.
        (Vey menepis rangkulan Raka) “Gue ga minta lo selalu ada buat gue” saut Vey sinis.
        (Raka hanya senyum dan menatap mata Vey)
        “Yaampun Vey.. lo kenapa sih kalo ketemu Raka ga pernah akur. Temenan tujuh tahun loh….” Kata Emma.
        “Gue baru kepikiran, kalian kan temenan udah lama. Hhmm selama itu ga ada perasaan apa-apa gitu?” tanya Lizzy penasaran.
        (Vey dan Raka saling menatap malu) “Masih banyak cowok lain di dunia ini” jawab Vey singkat.
        “Isshh.. (tertawa manis) gue pergi duluan ya” kata Raka bangun dari bangkunya sambil mengelus kepala Vey.
***
Di kamar, Vey masih terlihat muram. Duduk di meja belajar sambil memandangi foto dirinya dengan sang adik. Dimana mereka sudah tidak saling bertemu selama tiga tahun lamanya. Adiknya yang kini tinggal bersama Papa dan Mama tirinya sedangkan Vey tinggal bersama Mama dan Papa tirinya. Memperlihatkan senyum manisnya sambil menahan tangis, tiba-tiba suara handphone berbunyi. Ternyata ia mendapat sebuah pesan;
        “Keluar” pesan Raka kepada Vey.
Setelah mendapatkan pesan itu, Vey melihat ke luar jendela dimana pada malam itu sedang hujan lebat. Ternyata Raka sudah berdiri menunggu di depan rumahnya dengan memegang payung di tangan kirinya. Raka yang melihat Vey mengintip dari dalam kamarnya, ia melambaikan tangannya sambil berteriak “Vey… Vey… V..” terpotong panggilannya karena Vey segera menutup jendelanya. Handphone Vey pun berbunyi lagi;
        “Dingin” pesan Raka.
Pesan kedua itu pun masih diabaikan oleh Vey.
        “Selamat malam. Tidur yang nyenyak ya” pesan raka lagi.
Akhirnya Raka pun menyerah karena sampai saat ini terus diabaikan, membuat dirinya membalikan badan dan melangkah berjalan pergi dari rumah Vey.
        “Raka” Vey memanggil.
Raka menghentikan langkahnya dan menegakkan kembali kepalanya dengan tatapan tajam sambil tersenyum. Perlahan membalikkan kepalanya ke belakang dan ternyata ia melihat Vey yang sudah berada di belakang dirinya dengan memegang payung berwarna biru, mengenakan kemeja putih dan rok pendek dan berkata;
        “Ngopi yukkk..” sambil tersenyum.
Raka yang tak bisa berhenti menatap Vey jelas sudah terlihat dari matanya bahwa ada perasaan senang karena ini adalah pertama kalinya Vey mengajak Raka keluar terlebih dahulu.
Kira-kira gimana kelanjutannya? Tunggu.... 

~ To Be Continue~