Friday, 4 March 2016

Read Sample 'Destiny: Take Me To Your Side'

Seorang gadis terlihat berjalan bahagia di sepanjang jalan pada malam yang cerah. Ia melihat ke sekelilingnya dengan senyum ceria. Ia berharap hal aneh itu tidak akan muncul lagi ketika ia sedang merasakan kebahagiaan dalam hidupnya saat ini. Hal aneh yang dianggap dirinya gila oleh orang lain. Baru saja ia mengatakan di dalam hatinya, hal aneh itu secara tiba-tiba muncul kembali setelah satu tahun berlalu ia menjalankan rehabilitasi pada kejiwaannya.
Ia merasakan sakit kepala yang luar biasa. Ia terhenti dari langkah kakinya dan memegang kepalanya erat-erat menahan rasa sakit yang dirasakannya. Ia berteriak sehingga membuat orang-orang yang berjalan melewatinya merasa terkejut dan menganggap bahwa dirinya tidak waras. Mereka pun menjauh dan hanya menyaksikan gadis muda itu berteriak kesakitan. Seketika ia kembali sadar dan segera berlari menuju persimpangan lampu merah Seoul. Sesampainya disana ia tidak melihat kejadian apa-apa.
        “Kau ini kenapa? Apa kau benar-benar sudah gila?” gadis itu memaki dirinya sendiri sambil memukuli kepalanya. “Na molla. Aku tidak ingin tahu lagi tentang apa yang terjadi di masa depan.”
Gadis itu pun berniat untuk pergi dari tempat tersebut. Namun tiba-tiba terdengar suara bunyi klakson mobil berulang-ulang yang membuat kepergiannya terhalang. Dan…. DDUAARR!! Suara tabrakan terdengar sangat kencang. Gadis itu berbalik arah dan melihat peristiwa kecelakaan itu dengan kedua matanya, persis seperti apa yang ia lihat dalam bayangannya ketika rasa sakit itu muncul.
=========
        (Menghela napas) “Setelah satu tahun aku terbebas dari hal aneh itu, sekarang ia kembali. Keajaiban itu muncul lagi dalam diriku. Keajaiban yang membuat orang-orang menganggap ku gila hingga tak percaya apa yang ku bicarakan. Sungguh menyebalkan mempunyai kekuatan seperti ini. Aku harus melihat apa yang tak seharusnya ku lihat. Tidak ada nasib baik yang mampu kulihat, selalu nasib buruk yang ku tembus. Mengetahui takdir seseorang sangat tidak kusukai. Entah aku harus memberitahunya atau mengabaikannya. Aku juga tidak mengerti mengapa Tuhan memberiku keajaiban ini. Kenapa kekuatan ini datang kembali padaku? Apa mungkin ini menjadi takdir yang tak bisa dihilangkan dari diriku, Bae Suzy?”
===========
Polisi pun mulai berdatangan. Aku masih berdiri di seberang jalan traffic light. Aku hanya menatap tanpa berkedip sekali pun. Ini mengingatkanku kembali pada peristiwa satu tahun silam. Peristiwa tragis yang menyebabkan aku kehilangan kedua orang tuaku serta adikku. Saat ku sedang memikirkan peristiwa itu, aku melihat tangan tergoyah lemas dari dalam mobil. Petugas pun tidak melihat itu. Aku berteriak memanggil nya namun petugas itu mengatakan biarkan pihak mereka yang mengurusnya. Namun aku tidak tahan karena laki-laki itu terus berteriak minta tolong karena kesakitan. Melanggar aturan, aku segera berlari menghampiri korban melewati garis batas kepolisian. Ternyata benar, laki-laki itu menahan besi dengan tangannya agar tidak mengenai kepalanya. Aku berusaha menyingkirkan besi-besi tersebut namun sangat sulit jika hanya seorang diri apalagi aku adalah wanita. Akhirnya petugas itu melihat dan datang mengevakuasi korban itu. Akhirnya ia berhasil dikeluarkan dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
        “Kerja yang bagus Suzy-ah.” kataku bangga kepada diriku sendiri sambil mengelus-elus rambutku.
Aku melanjutkan perjalananku untuk kembali kerumah setelah tertunda akibat takdir itu. Aku berjalan sambil meminum cola yang sempat ku beli di tengah jalan. Aku berhenti dan menunggu di pemberhentian bus. Akhirnya bus pun yang mengarah ke rumah ku datang. Aku berbaris menunggu giliranku untuk naik. Nasibnya, aku merasakan pusing pada kepalaku lagi dan melihat bayangan akan ada spanduk yang jatuh dan menimpa seseorang. Semua penumpang sudah di dalam bus dan sekarang giliranku untuk naik namun aku masih di luar sambil berpegangan pada badan bus.
        “Agassi, kau jadi naik tidak?” teriak Ajhussi (supir bus). Aku mengabaikannya. Aku melihat sekeliling. Dan ternyata di arah kiriku terlihat seorang laki-laki muda tengah berdiri dan tepat di belakangnya terdapat sebuah spanduk besi besar.
        “Mungkinkah…. Dia….?” gumamku. Tak lama aku melihat spanduk itu mulai bergoyang-goyang, menandakan sebentar lagi akan jatuh dan menimpa laki-laki yang sedang berdiri itu. Dan benar saja spanduk itu terlepas. Aku terkejut dan berteriak kepada laki-laki itu untuk menjauh tapi dihiraukan.
        DUUAARRRRR…..!
Spanduk itu jatuh ke tanah. Untungnya aku berhasil menyelamatkan laki-laki muda itu sambil beguling-guling bersama ke permukaan tanah. Kami berdua tergeletak. Tapi yang terjadi adalah;
        “Apa yang kau lakukan? Kau gila ya?” teriak laki-laki itu. Membuatku sedikit terkejut.
        “Apa yang kau lakukan? (tanyaku heran). Kami berdua segera bangun.
        “Mengapa kau mendorongku? Bagaimana kalau aku terluka?” katanya.
        “Hei, apa kau tidak lihat? Kau hampir saja lebih terluka jika aku tidak mendorongmu.” kataku juga marah sambil menunjuk spanduk jatuh itu.
        “Kau bisa saja hanya dengan meneriakiku. Aku bisa menjauh sendiri.” sangkalnya.
        “Apa kau pikun? Kau memakai headset. Aku sudah… Agh (teriak lenganku kesakitan) meneriakimu untuk menjauh tapi kau diam saja.” jawabku. “Ah, bukannya berterima kasih malah membuatku kesal.” tambah gumamku pelan.
Tak lama kemudian, dua mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti di pinggir jalan tepat kami berdua berdiri. Tidak hanya satu, sekitar tujuh orang lalu-lalang keluar dari dalam mobil dengan berpakaian jas hitam lengkap dipadu dengan pendengar suara di telinganya masing-masing. Melihat itu aku terkejut dan betanya-tanya apa yang terjadi. Apakah mereka penagih hutang? Orang-orang ini seperti yang di film-film action dengan tubuh berotot serta wajahnya yang garang.
        “Maafkan saya Tuan Kim Myungsoo. Gwaenchanh-assmika?” kata salah satu dari mereka.
        “Oh, gwaenchanh-a. Ayo pergi.” jawab laki-laki muda itu. Kemudian ia masuk ke dalam mobil dan tanpa berkata apapun.
MENINGGALKANKU!
        “Apa-apaan ini? Apa maksudnya? Tuan Kim Myungsoo? Apa dia seorang chaebol? Omo, tidak bisa dipercaya. Dan sekarang dia meninggalkanku sendiri? Tanpa berkata apapun? Aisshhh…” gumamku. “Oyy…” teriakku berusaha menghampiri laki-laki itu namun ditahan oleh para pria jas hitam itu.
        “Menyebalkan sekali. Beginikah caranya dia berterima kasih setelah aku menyelamatkan nyawanya? Tahu gitu, biarkan saja dia…. Aughhh! (bicara cepat dengan nada kesal) Bagaimana aku pulang sekarang? Itu tadi bus terakhir. Aahh sial sekali aku hari ini.” kataku menendang-nendang kaki tanpa benda.
***
Sesampainya dirumah, aku langsung merebahkan tubuhku di atas kasur. Aku merasa sangat lelah untuk hari ini. Tidak hanya lelah karena kerja paruh waktu tetapi juga harus menyaksikan peristiwa yang menjijikan hari ini. Aku menghela napas dalam-dalam untuk meringankan pernapasan ku.
“Ouchh, sakit.” ucapku sambil memegang lengan kananku yang terasa sakit sehabis terguling-guling tadi yang ternyata meninggalkan luka. Aku segera mengobatinya. Pada saat ku sedang menyembuhkan lukaku tiba-tiba;
        “Eonnie.. Suzy oennie.” teriak Soojung memanggilku.
        “Kenapa?” balasku.
        “Kemarilah. Palli-palli.” teriaknya lagi.
Aku langsung keluar dari kamarku dan menghampirinya yang sedang menonton televisi.
        “Ada apa?” tanyaku.
        “Lihatlah eonnie. Apakah itu kamu?” kata Soojung sambil menunjuk berita yang tengah disiarkan. Berita itu memberitakan runtuhnya spanduk besi yang menimpaku beberapa waktu lalu. Dalam tayangannya, aku melihat diriku ada di dalam siaran.
        “Kapan mereka mengambil gambar itu?” gumamku.
        “Jadi itu benar kau eonnie? Wah daebak. Kamu menyelamatkan seorang anak chaebol. Anak dari pemilik perusahaan tambang terbesar di Seoul.” tambahnya.
        “Chaebol katamu? Laki-laki itu? Pantas saja dia bersifat manja dan tidak sopan seperti itu.” kataku kesal menatap televise, “Ngomong-ngomong, Soojung-ah kenapa kamu bisa ada disini?” tambahku.
        “Ahh, tadi aku mengantarkan makanan untukmu dari Eomma.” jawabnya.
       “Lain kali jangan masuk ke dalam rumah orang jika pemiliknya tidak ada.” kataku memberi pesan dan segera masuk ke dalam kamar.
Yap! Soojung adalah Yoedongsaeng. Jung Soojung. Seseorang yang sudah ku anggap seperti adik kandungku sendiri. Semenjak aku kehilangan sanak keluargaku, aku diasuh oleh keluarganya. Mereka adalah keluarga yang ku punya saat ini dan kami tinggal bersebelahan.
***
Keesokan harinya, aku bangun dari tidurku. Masih dalam keadaan terluka, aku bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Saat ini aku menginjak semester akhir dan akan segera menempuh ujian. Aku berangkat bersama Soojung yang kebetulan kami berdua satu sekolah. Tapi dia adalah hoobae. Kita naik bus untuk sampai di sekolah. Setibanya disana aku langsung masuk ke kelas dan duduk di kursiku pada barisan kedua dari depan.
      “Hei. Hei. Suzy-ah.” kata teman-temanku yang langsung mengerumuniku ketika aku datang.
      “K….Kenapa?” jawabku terbata-bata.
      “Apa itu benar kau yang menyelamatkan pangeran tampan?”
      “Pangeran tampan? Maksudmu?” jawabku heran.
      “Kau tidak tahu? Namamu menjadi terkenal di SNS setelah menyelamatkan laki-laki itu. Dan hebatnya lagi, dia adalah anak dari konglomerat di Seoul. Bukan hanya chaebol dia juga seorang model terkenal di Amerika. Wah, daebak beruntungnya kau bisa bertemu dengannya.” katanya dengan nada genit.
      “Model apanya.” kataku yang malas mendengarkan lanjutan dari ceritanya.
Tiba-tiba salah seorang namja masuk ke kelas sambil berteriak “Dia datang. Dia disini. Palli-palli.” Mengajak rekan-rekannya keluar untuk melihat seseorang yang datang. Aku pun ikut penasaran dan mengikuti mereka. Ketika di lorong sekolah, sudah banyak dari mereka yang mengerumuni jalan dan secara perlahan meminggirkan diri mereka ke samping seperti ingin memberi jalan kepada seseorang yang akan lewat. Tinggal aku seorang yang masih berdiri di tengah jalan. Teman-temanku memberitahuku untuk minggir tapi aku abaikan.
 Tiba-tiba, seseorang sudah berdiri di depanku. Dari sepatu yang kulihat dia pasti seorang laki-laki. Aku menatapnya dari bawah perlahan menuju ke atas. Pas tepat melihat wajahnya, aku terdiam melotot karena tersihir oleh aura ketampanannya yang luar biasa mengalihkanku. Namun, pandangan itu semakin lama memudar. Wajah yang ku lihat ini seperti tidak asing. Seperti aku pernah melihatnya.
        “Aku ingat. Kauuuu!!!!” teriakku sambil menunjuk ke arahnya. Teman-teman yang melihat tingkahku berteriak kaget.
        “Singkirkan tanganmu!” katanya sambil menurunkan tanganku.
        “Kau, kau kesini untuk bertemu denganku kan? Ah, apakah kau sudah sadar ada sesuatu yang tertinggal untuk kau ucapkan padaku?” kataku tersenyum genit.
        (Laki-laki itu memasang wajah sok keren) “Minggir!” dia mendorongku ke samping dan mengabaikanku begitu saja.
Emosionalku seketika memuncak dengan perlakuan dia terhadapku. Aku pun memanggilnya dengan tidak sopan. Tapi tetap diabaikan.
        “Wah, lihat kesombongannya. Menyebalkan sekali. Dasar anak manja. Kenapa aku harus bertemu lagi dengannya.” gumamku.
        “Yaa! (Hei) Bae Suzy. Beraninya kau berbicara begitu tentang Myungsoo oppa.”
        “Hah? Oppa? (nada meledek) Hah, bisa gila aku lama-lama.” kataku segera pergi.
***
Aku kembali kekelas. Pelajaran pun akan segera dimulai. Seonsaengnim masuk ke dalam kelas sambil membawa buku yang akan diajarkan di tangannya. Namun, seluruh siswa di kelas masih membicarakan kedatangan anak baru laki-laki itu. Aku merasa muak dengan panggilan mereka yang terus memanggilnya Oppa…. Oppaa….
Aku yang mendengar kalimat itu sangat risih. “Oppa apanya? Dia lebih tua dari kita? Dipanggil Oppa? Bukankah seharusnya sudah kuliah jika ia dipanggil oppa. Lalu kenapa dia disini? Aneh.” gumamku.
***
Seusai sekolah, seperti biasa aku pulang menggunakan bus. Kali ini aku pulang bersama Soojung. Untungnya hari ini aku libur dari pekerjaan paruh waktukku….. Yaps! Aku memiliki banyak sekali pekerjaan untuk menghidupi kehidupanku sendiri. Mulai dari, bekerja di restoran sebagai pelayan, pengantar pesanan ayam, bahkan menjadi pengurus anak kecil. Ada pepatah yang mengatakan aku hidup untuk menghasilkan uang, atau aku menghasilkan uang untuk hidup. Aku tidak ingin selalu bergantung pada orang lain.
==========
Aku dan Soojung hampir tiba di halte bus, namun karena bus telah tiba lebih dulu mengharuskan kita berlarian untuk sampai disana sebab kita tidak ingin menunggu kedatangan bus selanjutnya. Itu melelahkan! Akhirnya, kita mampu menaiki bus dengan tawa canda. Sayangnya, kita berdua tidak kedapatan kursi di dalam bus, alhasil kita harus berdiri sampai pemberhentian selanjutnya. Berlarian mengejar bus sudah sering kita alami. Hal ini sangat menyenangkan dan membuat kita berdua semakin dekat. Aku menatap ke arah luar jendela. Tiba-tiba aku teringat oleh keluargaku yang sudah berada di langit. Aku menatap langit sambil berkata, “Eomma, Appa, kalian bahagia? Saat ini aku sedang bahagia.”
Namun, tiba-tiba aku merasakan pusing pada kepalaku. Aku berusaha menahannya dengan kedua tanganku dan mencoba menggoyang-goyangkan kepalaku untuk menghilangkan rasa sakit itu.
        “Eonnie, ada apa?” tanya Soojung “Apakah sakit kepalamu kambuh lagi?”
        (Aku mengabaikan pertanyaan Soojung).
Lalu, aku memencet tombol pemberhentian. Aku pun turun dan Soojung mengikutiku. Sepanjang jalan, Soojung hanya menanyakan hal yang sama.
            “Eonnie, gwaenchanha? Eonnie…”
Pertanyaan Soojung aku tidak jawab karena jika aku menjawab aku hanya menerima jawaban tidak mungkin, aneh atau bahkan gila. Selama ini, Soojung hanya mengetahui kalau aku memiliki penyakit Vertigo. Teralu sering aku merasakan keadaan dimana kepalaku terus berputar, aku mengatakan padanya bahwa aku mengalami penyakit sejenis vertigo. Sikapku yang tiba-tiba pergi membuat Soojung khawatir. Tak lama, aku tiba di persimpangan lampu merah. Aku melihat Kim Myungsoo sedang jalan menyebrang. Namun tiba-tiba ia berhenti di tengah jalan.
        “Apa yang sedang dia lakukan berhenti di tengah jalan?” gumamku.
        “Oh, Eonnie, lihatlah ada truk!” Soojung memberitahuku bahwa traffic light dari arah lain sudah hijau dan traffic light yang menunjukkan orang berjalan sudah merah dari arahku dan itu tandanya tepat Myungsoo sedang berdiri. Truk tersebut berulang kali membunyikan klakson untuk memberi tanda agar Myungsoo segera menjauh. Tapi dia tetap diam. Truk itu semakin dekat……………….
        “Eonnieeeee…..” teriak Soojung.
==========
Aku tergeletak lemas bersama Myungsoo. Untunglah dia selamat lagi setelah aku berlari menyelamatkannya.
        “Eonnie, gwaenchanh-ayo? Eonnie.” Soojung meneriakku tepat disampingku.
(Aku pun membuka mataku dan segera bangkit)
PLAAKK! (Aku menampar Myungsoo keras).
        “Hei, Kim Myungsoo kau mau mati?” teriakku. “Apakah kau tidak capek menyusahkan ku seperti ini?”
        “Apa? Yaa! seharusnya kau. Apakah kau tidak lelah menggangguku setiap kali bertemu? Aku selalu sial semenjak bertemu denganmu.” jawabnya.
        “Apa katamu? (aku tertawa kecil) Kim Myungsoo kau ini, bisa tidak berhenti melibatkanku dalam nasib burukmu. Hoh?” kataku dengan nada lemas.
        “Justru kau yang membuat nasib buruk itu.” jawab Myungsoo. Myungsoo memperlihatkan wajah khawatir, “Hei, ada apa? Kenapa wajahmu pucat begitu?” kata Myungsoo lagi melihat wajahku pucat.
        “Suzy eonnie, kamu baik-baik saja? Eonnie..” tambah Soojung.
***
Di rumah sakit, Soojung dan Myungsoo menunggu di luar ruangan unit gawat darurat. Tak lama kemudian, dokter yang menangani keluar dari ruangan. Segera Soojung menanyai keadaan Eonnie-nya itu.
        “Gwaenchana-assmida, dia akan segera sadar. Dia hanya syock.” jelas dokter.
(Soojung dan Myungsoo menghela napas)
        “Syukurlah eonnie.” kata Soojung. “Myungsoo oppa, aku akan mengurus administrasi dulu. Tolong jaga eonnie sebentar.”
Myungsoo masuk ke ruangan Suzy. Dia membuka pintunya perlahan. Ia berdiri disampingnya dan menatap wajahnya. Menatap ke seluruh tubuhnya dan matanya berhenti karena melihat luka di tangan Suzy. Kemudian dia teringat kejadian spanduk waktu itu.
“Wanita gila.” gumamnya.
Ia mencoba menyentuh bagian luka Suzy. Namun niat itu diurungkan setelah mendengar Suzy menginggau dengan menyebut “Eomma, Appa.”
        “Kau sudah sadar?” tanya Myungsoo lebih mendekatkan diri pada Suzy.
==========
Aku perlahan membuka mataku. Aku menyadari kehadiran Myungsoo disisiku.
        “Kau, bagaimana bisa….” kataku berbicara walaupun masih merasakan lemas ditubuhku.
        “Bodoh, bagaimana bisa kau melakukan tindakan bodoh seperti itu. Apakah kau yang ingin mati?” jawab Myungsoo.
        “Kenapa?”
        “Aku tidak ingin kau terluka lagi, Bae Suzy.” jawab Myungsoo yang membuat suasana itu menjadi canggung.
        (Aku menyeringai) “Yaa! Kenapa kau jadi seperti ini?” jawabku mencairkan suasana. Aku berusaha untuk bangun dari tempat tidur ini tapi malah membuatku tambah lebih sakit lagi.
        “Kau ini keras kepala sekali. Dokter bilang kau jangan banyak bergerak.” Myungsoo mengomel.
Aku yang melihat tingkah laku Myungsoo yang sangat memperdulikanku, tidak merasakan kesenangan sama sekali dalam diriku. Justru kebaikannya padaku membuatku risih dan memikirkan hal-hal negative tentang dirinya.
(Soojung masuk ke dalam kamar).
        “Eoonie, kamu baik-baik saja?” tanyanya cemas.
        “Oh. Tapi Soojung-ah, kenapa aku bisa disini?” tanyaku.
        “Ah, kamu pingsan setelah menyelamatkan Myungsoo oppa. Dia membawamu kemari setelah menghubungi para pengawalnya. Haha, wah daebak kalau aku mengingat-ingat itu lagi.” jawab Soojung agresif.
        “Hei. Hentikan!” kataku memotongnya.
       “Mian-e, eonnie.”
Tak sampai disitu, Myungsoo pun ikut berbicara. Dia mengatakan kalau aku juga menampar dirinya dan mengiler di pundaknya. Walaupun hanya bercandaan, perbincangan itu membuatku merasa nyaman dan lebih baik, karena pada akhirnya aku bisa tertawa lagi. Suasana kecemasan itu tergantikan oleh canda tawa di dalam ruangan. Dan yang terpenting akibat dari peristiwa ini aku menjadi dekat dengan Kim Myungsoo.
==========
Setelah tiga hari aku berada dirumah sakit, akhirnya aku diperbolehkan pulang oleh dokter. Kim Myungsoo dan Soojung menjemputku. Myungsoo membantuku berjalan dan Soojung membawakan tas ku. Ketika di lobbi rumah sakit, aku melihat beberapa orang berpakaian jas yang berbaris rapi seperti menunggu kedatangan seseorang.
      “Kim Myungsoo, apa mereka semua orangmu?” tanyaku.
      “Bukan.” jawabnya.
Tak lama kemudian, beberapa orang keluar dari lift. Terlihat seorang laki-laki duduk di kursi roda dan didampingi oleh sebagian para pria jas itu.
      “Jadi mereka itu menunggu mereka.” kata Soojung.
      “Oh, bukankah itu Ahn Jae Hyun?” kata Myungsoo menebak.
      “Kau mengenalnya?” tanyaku.
      “Hm, Ahn Jaehyun!” teriak Myungsoo. Ia segera mempercepat langkah kakinya yang sambil memegangiku untuk menghampiri laki-laki di kursi roda itu.
(Sesampai dihadapannya);
     “Ahn Jaehyun, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau..?” tanya Myungsoo khawatir.
     “Annyeong Kim Myungsoo, kau sudah kembali ke Korea? Bagaimana kabarmu? Ah, ini. Aku hanya mengalami kecelakaan kecil saja.” balas laki-laki itu.
Aku hanya bisa melihat percakapan mereka dan tak mengerti apapun tentang hubungan mereka berdua. Tapi semakin melihat Ahn Jae Hyun, seperti aku pernah mendengar suaranya. Tapi dimana? Pikirku. Lalu, Kim Myungsoo memperkenalkanku dan Soojung kepada kerabatnya itu.
     “Kita bertemu lagi.” kata Ahn Jaehyun mengarah padaku. Itu membuatku kaget dan membuat ku berpikir apakah kita pernah bertemu sebelumnya?
     “Kau mengenalnya?” tanya Myungsoo.
     “Entahlah. Aku mengenalnya atau tidak mengenalnya.” jawab Jaehyun yang membuat kita semua bingung dengan jawabannya.
     “Ngomong-ngomong, apakah kau mendengar kabar tentang Yeri? Kapan ia balik ke Korea?” tanya Myungsoo pada Jaehyun.
     “Tidak.” jawab Jaehyun singkat sembari pamit untuk segera pergi lebih dulu.
     “Hati-hati Ahn Jaehyun. Aku akan segera mengunjungimu.” teriak Myungsoo.

Lalu, Myungsoo mengajak kami untuk pergi juga, namun aku masih terfokus pada perkataan Jaehyun <kita bertemu lagi> Dia membuat ku penasaran siapa dia bisa mengenalku? Setelah Soojung memanggil namaku aku baru tersadar. Dan kita segera pergi.

====== Next To Book =======

No comments:

Post a Comment