Di
malam hari, keramaian terlihat di dalam bis ketika seorang gadis berdiri
berpakaian minim yang membuat penumpang lain mengarahkan matanya ke arah
dirinya. Mereka bergurau kalau ia bukanlah gadis yang baik-baik dan suka
berpergian ke night club. “Dia cantik mengapa harus berpenampilan seperti itu,
dasar tidak punya harga diri.” gerutu seorang wanita tua yang berada tepat di
sampingnya. Mendengar perkataan wanita tua itu, gadis itu pun (Zoya) tidak tahu
malu membalasnya dengan perkataan yang cukup kasar;
“Apa kau bilang? Harga diri?
Beraninya kau membicarakan harga diri. Hei wanita tua apakah kau tidak sadar
kulit di wajahmu sudah mulai menurun akibat kau terlalu berisik berkomentar
tentang orang lain. Apakah kau tidak takut jika suamimu tidak mencintaimu lagi?”
Orang-orang
di sekitarnya pun terkejut mendengar perkataan Zoya. Bis pun berhenti di sebuah
halte dan Zoya pun turun. Dan berkata lagi, “Sebaiknya kau cepat operasi
plastik sebelum wajahmu berubah menjadi pokemon wanita tua.”
Wanita tua itu pun membalas,
“Beraninya kau gadis tidak tahu diri. Sialan kau.” Namun seorang laki-laki muda
yang berada di depannya berusaha untuk menenangkannya.
Sementara Zoya yang sudah turun,
melangkahkan kakinya menuju sebuah bar yang dimana bar tersebut sering di
datangi oleh pengusaha-pengusaha muda kaya raya untuk berfoya-foya dan tentunya
sangat menguntungkan bagi pemilik bar termasuk juga bagi Zoya sebagai pegawai
dengan gaji yang cukup besar. Ia bertugas untuk mengantarkan minuman kepada
pelanggan. Namun, sesekali ada juga laki-laki nakal yang tergoda dengan
kecantikan Zoya dan mengajak dirinya untuk bermalam bersamanya dengan bayaran
yang fantastis. Zoya pun menyutujuinya.
Pada suatu hari, Zoya menerima
tawaran dari pelanggan untuk menemaninya di sebuah hotel selama satu malam. Pada
saatnya tiba, ia sudah berada di sebuah kamar hotel VVIP. Apa saja yang mereka
perbuat?
***
Di sebuah lobbi hotel yang mewah,
terlihat seorang pria tampan mengenakan jas. Ternyata ia adalah pemilik hotel
ini dan ternyata ialah sosok laki-laki yang menenangkan wanita tua di bis waktu
itu (Lukas). Dia sedang berbicara kepada karyawannya mengenai penyewaan kamar
VVIP. Namun karyawannya itu pun merasa aneh dan menjelaskan bahwa orang yang
menyewa kamar VVIP itu adalah seorang pria yang berbeda tapi selalu membawa
wanita yang sama. Lukas yang heran mendapat informasi itu pun penasaran siapa
gadis sama itu. Tak lama kemudian, penyewa kamar VVIP pun keluar melewati lobbi.
Salah seorang karyawan melapor dia adalah orangnya. Lukas yang samar-samar
dimana ia pernah melihat gadis itu pun akhirnya ingat bahwa ia melihatnya di
dalam bis dengan perilaku yang sangat sembrono.
***
Zoya
kembali ke club untuk melanjutkan pekerjaannya. Padahal waktu sudah menunjukkan
pukul 12 malam. Namun club itu justru ramai ketika tengah malam. Tiba-tiba
seorang pria tampan datang menghampiri Zoya. Bukan lain adalah Lukas.
“Apakah kau sedang sibuk?” tanya
Lukas.
“Tidakkah kau lihat aku sedang
bekerja.” jawab Zoya tegas.
“Bagaimana bisa wanita cantik
sepertimu menjadi pelayan di club seperti ini, bahkan melayani pria juga.” kata
Lukas menyindir.
“Apa yang kau katakan? Apakah salah
jika seorang gadis bekerja di sebuah club malam?” tanya Zoya.
“Apakah kau tidak melihat? Di
sekelilingmu rata-rata pria. Dan bukan sembarang pria, tapi pria dengan
segudang harta.” Lukas menjawab.
“Apa maksudmu? Apakah kau juga
menawariku untuk bermalam denganmu? Cepat katakan saja jika itu maumu.” jawab
Zoya.
“Aku tahu kau pasti gadis pintar.
Ini kartu namaku. Segera hubungi ku jika kau sudah tahu berapa banyak uang yang
harus ku keluarkan untuk bermalam denganmu.” Lukas menyombong.
“Tidak harus menghubungimu. Sekarang
pun aku sudah dapat jawabannya.” jawab Zoya.
“Berapa?”
“Kamu. Aku tidak ingin uangmu, tapi
dirimu. Cukup kau bercinta denganku. Bagaimana?” jawab-an Zoya mengagetkan
Lukas.
“Di-diriku? Kau ingin diriku? Wah,
apakah kau selalu seperti ini jika ada seorang pria yang mengajakmu untuk
bermalam dengannya. Bercinta? Kau tidak hanya dapat uang, tapi kau juga akan kehilangan berlianmu.” kata Lukas.
“Kenapa? Kau tidak berani? Buat apa
kau mengajakku bermalam bersama jika tidak melakukan apa-apa. Itu tidak
menarik.” jawab Zoya.
“Kau kira aku anak kecil. Oke deal.
Besok malam kau ku jemput disini jam 10 malam.” Lukas menjawab.
“Oke. Tidak masalah.” kata Zoya yang
pergi meninggalkan Lukas sendirian untuk mengantarkan minuman ke pelanggan.
***
Keesokan
harinya, Lukas termenung di ruang kantornya memikirkan apa yang harus ia
lakukan nanti malam. Apakah ia harus benar-benar melakukannya? Sedangkan Zoya
terlihat begitu santai dan tidak terlalu memikirkan. Dia hanya fokus pada
pekerjannya. Tibalah waktu yang dinantikan. Lukas pun menjemput Zoya di club.
Sesampainya di club, Zoya terlihat anggun dengan minidressnya dan berdiri
menunggu kedatangan Lukas. Lukas pun turun dari mobilnya dan membukakan
pintunya untuk Zoya. Di dalam perjalanan mereka berdua terlihat sangat tegang.
Sesekali mereka mencuri pandang.
Tiba
di sebuah hotel mewah, dan hotel ini bukanlah milik Lukas mereka pergi ke hotel
lain. Kemudian mereka check in dan bergegas untuk masuk ke sebuah kamar VVIP.
Akhirnya mereka pun masuk ke kamar. Zoya yang berjalan lebih dulu berkata, “Wah
bagusnya.” Lukas pun heran dengan tingkah lakunya.
“Apa yang kau katakan?” tanya Lukas.
“Hah? Tidak. Aku tidak mengatakan
apa-apa.” jawab Zoya.
Zoya
pun bertanya, “Apa yang akan kau lakukan jika kita bercinta dan aku mengandung
anak darimu?”
“Apa maksudmu?” tanya Lukas.
“Jawab.”
“Karena aku sudah melakukannya. Aku
akan bertanggung jawab. Aku akan menikahimu.” jawab Lukas.
“Apakah kau yakin?” tanya Zoya.
“Ya. Memangnya kenapa?” tanya Lukas
balik.
“Tidak. Tida apa-apa.” jawab Zoya
menyembunyikan wajahnya.
“Haruskah kita mulai sekarang?” kata
Lukas.
“Hah? Oh baiklah.” jawab Zoya gugup.
Akhirnya
mereka berdua pun perlahan-lahan membuka satu demi satu kancing kemejanya.
Lukas melepaskan kemejanya dan bertelanjang dada. Zoya juga melepaskan baju nya
dan hanya mengenakan kaus tak berlengan ketat. Perlahan Lukas mendekatkan diri
ke Zoya dan langsung mendorongnya ke atas kasur. Lukas pun semakin mendekatkan
bibir nya ke bibir Zoya. Sangat dekat. Ketika ingin bersentuhan, Lukas menjauh
secara tiba-tiba dan melihat mata Zoya dalam keadaan tertutup dengan wajah yang
sangat tegang.
“Bukalah matamu.” Lukas menyuruh.
“Apakah kita sudah selesai?” tanya
Zoya masih dalam keadaan yang sama.
“Sudah.” jawab Lukas.
(Zoya membuka mata) “Benarkah? Tapi
aku tidak merasa jika kau menyentuh tubuhku.”
“Apakah aku harus bercinta dengan
seorang gadis yang telah memintaku untuk melakukannya namun ia sendiri pun
tidak bisa melakukannya?” tanya Lukas.
(Zoya merunduk)
“Kau sudah bekerja keras. Kau
sebenarnya takut tapi kau berlagak berani.” tambah Lukas.
“Kau benar. Sejujurnya aku takut.
Apakah kau tahu ini pertama kalinya bagiku untuk melakukan hal bodoh seperti
ini?” kata Zoya.
“Maksudmu?”
“Apa kau pikir, dengan ku pergi ke
sebuah hotel bersama pria-pria pelangganku itu untuk bercinta? Kau salah.
Mereka memang memintaku untuk bercinta tapi aku menolaknya. Aku hanya mengincar
uang yang mereka tawarkan dan memohon kepadanya untuk meminjamkanya kepadaku.
Jumlah yang mereka tawarkan padaku cukup besar. Jadi itu bisa… bisa… menyicil
hutang-hutangku yang sudah terlalu banyak.” Zoya menjelaskan.
“Hutang? Hutang apa? Kau bodoh atau
apa. Bagaimana kau bisa merelakan dirimu pergi bersama pria yang jelas-jelas
kau tidak tahu siapa dia dan dia berniat jahat atau tidak?” Lukas mengomel.
“Aku tidak tahu harus melakukan apa.
Aku hanya memiliki satu harta yaitu berlianku. Terima kasih, karena kau telah
menjaga berlianku Tuan.” jawab Zoya menatap Lukas dengan mata berkaca-kaca.
“Bagaimana dengan keluargamu?” tanya
Lukas.
“Mereka meninggalkanku.”
“Temanmu?” tanya Lukas lagi.
“Mereka mengkhianatiku. Aku tidak
punya siapa-siapa untuk ku percaya di dunia ini.” jelas Zoya.
“Apakah Tuan tahu? Saat ini aku
merasa bahagia sekali karena bertemu dengan seseorang yang dapat ku ajak
bicara. Itu adalah kau. Kau sangat baik tuan. Aku senang bisa bertemu denganmu.”
Zoya menambahkan.
(Lukas tersenyum) “Aku juga senang
bisa bertemu denganmu untuk yang ketiga kalinnya.”
“Tiga kalinya?” tanya Zoya heran.
(Lukas mengangguk) “Apakah kau tidak
ingat? Kejadian di bis pada waktu itu, saat kau beradu mulut dengan wanita tua.
Aku berada disampingnya. Melihat sikap kau yang seperti itu, aku yakin kau
adalah gadis baik-baik tidak seperti yang dikatakan oleh orang-orang di luar
sana.” Lukas menjelaskan.
(Zoya tertawa kecil) “Aku menyesal
telah mengatakan perkataan yang sangat kasar kepada wanita tua itu. Sungguh menyesal.
Rasanya aku ingin meminta maaf kepada beliau (mengehela napas). Pada saat itu
aku sangat lelah jadi tidak bisa mengontrol emosionalku.”
“Bolehkah aku menanyakan satu
pertanyaan untukmu?” tanya Lukas.
“Apa?”
“Apakah kau akan terus bekerja di
tempat seperti itu?”
“Ya. Mencari pekerjaan jaman
sekarang sangatlah sulit. Tidak ada pilihan lain selain aku bekerja seperti
ini.” jawab Zoya.
“Jika… ku meminta kau berhenti dari
pekerjaan itu, apakah kau akan berhenti?” tanya Lukas kembali.
(Zoya kaget) “Apa maksudmu? Jika ku
berhenti harus ku bayar pakai apa semua hutang-hutangku?” jawab Zoya.
“Menikahlah denganku. Aku akan
melunasi semua hutang-hutangmu.” Lukas menjawab tegas.
“Apa? Apakah kau bercanda?” jawab
Zoya.
“Tidak. Aku tidak bercanda. Pria yang
sedang berdiri di hadapanmu ini sedang melamarmu.” kata Lukas.
(Zoya
menatap Lukas) “Aku hanya takut. Jika kau tidak serius padaku. Pertemuan kita
sangatlah singkat. Aku belum mengenal dirimu dan kau juga belum mengenal
diriku.”
“Kau salah. Aku sangat sudah
mengenal dirimu. Kau adalah seorang gadis cantik yang bekerja keras untuk merubah
kehidupanmu menjadi lebih baik. Sayangnya. langkah yang kau ambil tidaklah
tepat. Tapi sejujurnya, aku sangat kagum dengan dirimu karena kau mempunyai mental
keberanian yang sangat tinggi, Zoya.” Lukas memujinya.
“Bagaimana kau tahu namaku?” Zoya
terkejut.
(Lukas hanya tersenyum)
“Entahlah. Aku juga bertanya-tanya
kepada diriku sendiri, mengapa aku mengambil langkah seperti ini.” jawab Zoya lesu.
“Apakah kau tidak akan menjawab
tawaran ku?” tanya Lukas.
“Tawaran? Tawaran apa?” Zoya
bertanya balik.
“Menikahlah denganku.”
“Terima kasih karena kau sudah
percaya denganku, sebagai gantinya aku juga akan percaya denganmu (Zoya
mengangguk tersenyum).”
No comments:
Post a Comment