Thursday 13 August 2015

(CERPEN) Pertemuan Singkat

Di malam hari, keramaian terlihat di dalam bis ketika seorang gadis berdiri berpakaian minim yang membuat penumpang lain mengarahkan matanya ke arah dirinya. Mereka bergurau kalau ia bukanlah gadis yang baik-baik dan suka berpergian ke night club. “Dia cantik mengapa harus berpenampilan seperti itu, dasar tidak punya harga diri.” gerutu seorang wanita tua yang berada tepat di sampingnya. Mendengar perkataan wanita tua itu, gadis itu pun (Zoya) tidak tahu malu membalasnya dengan perkataan yang cukup kasar;
            “Apa kau bilang? Harga diri? Beraninya kau membicarakan harga diri. Hei wanita tua apakah kau tidak sadar kulit di wajahmu sudah mulai menurun akibat kau terlalu berisik berkomentar tentang orang lain. Apakah kau tidak takut jika suamimu tidak mencintaimu lagi?”
Orang-orang di sekitarnya pun terkejut mendengar perkataan Zoya. Bis pun berhenti di sebuah halte dan Zoya pun turun. Dan berkata lagi, “Sebaiknya kau cepat operasi plastik sebelum wajahmu berubah menjadi pokemon wanita tua.”
         Wanita tua itu pun membalas, “Beraninya kau gadis tidak tahu diri. Sialan kau.” Namun seorang laki-laki muda yang berada di depannya berusaha untuk menenangkannya.
           Sementara Zoya yang sudah turun, melangkahkan kakinya menuju sebuah bar yang dimana bar tersebut sering di datangi oleh pengusaha-pengusaha muda kaya raya untuk berfoya-foya dan tentunya sangat menguntungkan bagi pemilik bar termasuk juga bagi Zoya sebagai pegawai dengan gaji yang cukup besar. Ia bertugas untuk mengantarkan minuman kepada pelanggan. Namun, sesekali ada juga laki-laki nakal yang tergoda dengan kecantikan Zoya dan mengajak dirinya untuk bermalam bersamanya dengan bayaran yang fantastis. Zoya pun menyutujuinya.
            Pada suatu hari, Zoya menerima tawaran dari pelanggan untuk menemaninya di sebuah hotel selama satu malam. Pada saatnya tiba, ia sudah berada di sebuah kamar hotel VVIP. Apa saja yang mereka perbuat?
***
            Di sebuah lobbi hotel yang mewah, terlihat seorang pria tampan mengenakan jas. Ternyata ia adalah pemilik hotel ini dan ternyata ialah sosok laki-laki yang menenangkan wanita tua di bis waktu itu (Lukas). Dia sedang berbicara kepada karyawannya mengenai penyewaan kamar VVIP. Namun karyawannya itu pun merasa aneh dan menjelaskan bahwa orang yang menyewa kamar VVIP itu adalah seorang pria yang berbeda tapi selalu membawa wanita yang sama. Lukas yang heran mendapat informasi itu pun penasaran siapa gadis sama itu. Tak lama kemudian, penyewa kamar VVIP pun keluar melewati lobbi. Salah seorang karyawan melapor dia adalah orangnya. Lukas yang samar-samar dimana ia pernah melihat gadis itu pun akhirnya ingat bahwa ia melihatnya di dalam bis dengan perilaku yang sangat sembrono.
***
Zoya kembali ke club untuk melanjutkan pekerjaannya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Namun club itu justru ramai ketika tengah malam. Tiba-tiba seorang pria tampan datang menghampiri Zoya. Bukan lain adalah Lukas.
            “Apakah kau sedang sibuk?” tanya Lukas.
            “Tidakkah kau lihat aku sedang bekerja.” jawab Zoya tegas.
           “Bagaimana bisa wanita cantik sepertimu menjadi pelayan di club seperti ini, bahkan melayani pria juga.” kata Lukas menyindir.
            “Apa yang kau katakan? Apakah salah jika seorang gadis bekerja di sebuah club malam?” tanya Zoya.
            “Apakah kau tidak melihat? Di sekelilingmu rata-rata pria. Dan bukan sembarang pria, tapi pria dengan segudang harta.” Lukas menjawab.
            “Apa maksudmu? Apakah kau juga menawariku untuk bermalam denganmu? Cepat katakan saja jika itu maumu.” jawab Zoya.
            “Aku tahu kau pasti gadis pintar. Ini kartu namaku. Segera hubungi ku jika kau sudah tahu berapa banyak uang yang harus ku keluarkan untuk bermalam denganmu.” Lukas menyombong.
            “Tidak harus menghubungimu. Sekarang pun aku sudah dapat jawabannya.” jawab Zoya.
            “Berapa?”
            “Kamu. Aku tidak ingin uangmu, tapi dirimu. Cukup kau bercinta denganku. Bagaimana?” jawab-an Zoya mengagetkan Lukas.
            “Di-diriku? Kau ingin diriku? Wah, apakah kau selalu seperti ini jika ada seorang pria yang mengajakmu untuk bermalam dengannya. Bercinta? Kau tidak hanya dapat uang, tapi kau juga akan  kehilangan berlianmu.” kata Lukas.
         “Kenapa? Kau tidak berani? Buat apa kau mengajakku bermalam bersama jika tidak melakukan apa-apa. Itu tidak menarik.” jawab Zoya.
           “Kau kira aku anak kecil. Oke deal. Besok malam kau ku jemput disini jam 10 malam.” Lukas menjawab.
       “Oke. Tidak masalah.” kata Zoya yang pergi meninggalkan Lukas sendirian untuk mengantarkan minuman ke pelanggan.
***
Keesokan harinya, Lukas termenung di ruang kantornya memikirkan apa yang harus ia lakukan nanti malam. Apakah ia harus benar-benar melakukannya? Sedangkan Zoya terlihat begitu santai dan tidak terlalu memikirkan. Dia hanya fokus pada pekerjannya. Tibalah waktu yang dinantikan. Lukas pun menjemput Zoya di club. Sesampainya di club, Zoya terlihat anggun dengan minidressnya dan berdiri menunggu kedatangan Lukas. Lukas pun turun dari mobilnya dan membukakan pintunya untuk Zoya. Di dalam perjalanan mereka berdua terlihat sangat tegang. Sesekali mereka mencuri pandang.
Tiba di sebuah hotel mewah, dan hotel ini bukanlah milik Lukas mereka pergi ke hotel lain. Kemudian mereka check in dan bergegas untuk masuk ke sebuah kamar VVIP. Akhirnya mereka pun masuk ke kamar. Zoya yang berjalan lebih dulu berkata, “Wah bagusnya.” Lukas pun heran dengan tingkah lakunya.
            “Apa yang kau katakan?” tanya Lukas.
            “Hah? Tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa.” jawab Zoya.
Zoya pun bertanya, “Apa yang akan kau lakukan jika kita bercinta dan aku mengandung anak darimu?”
            “Apa maksudmu?” tanya Lukas.
            “Jawab.”
            “Karena aku sudah melakukannya. Aku akan bertanggung jawab. Aku akan menikahimu.” jawab Lukas.
            “Apakah kau yakin?” tanya Zoya.
            “Ya. Memangnya kenapa?” tanya Lukas balik.
            “Tidak. Tida apa-apa.” jawab Zoya menyembunyikan wajahnya.
            “Haruskah kita mulai sekarang?” kata Lukas.
            “Hah? Oh baiklah.” jawab Zoya gugup.
Akhirnya mereka berdua pun perlahan-lahan membuka satu demi satu kancing kemejanya. Lukas melepaskan kemejanya dan bertelanjang dada. Zoya juga melepaskan baju nya dan hanya mengenakan kaus tak berlengan ketat. Perlahan Lukas mendekatkan diri ke Zoya dan langsung mendorongnya ke atas kasur. Lukas pun semakin mendekatkan bibir nya ke bibir Zoya. Sangat dekat. Ketika ingin bersentuhan, Lukas menjauh secara tiba-tiba dan melihat mata Zoya dalam keadaan tertutup dengan wajah yang sangat tegang.
            “Bukalah matamu.” Lukas menyuruh.
            “Apakah kita sudah selesai?” tanya Zoya masih dalam keadaan yang sama.
            “Sudah.” jawab Lukas.
            (Zoya membuka mata) “Benarkah? Tapi aku tidak merasa jika kau menyentuh tubuhku.”
            “Apakah aku harus bercinta dengan seorang gadis yang telah memintaku untuk melakukannya namun ia sendiri pun tidak bisa melakukannya?” tanya Lukas.
            (Zoya merunduk)
            “Kau sudah bekerja keras. Kau sebenarnya takut tapi kau berlagak berani.” tambah Lukas.
            “Kau benar. Sejujurnya aku takut. Apakah kau tahu ini pertama kalinya bagiku untuk melakukan hal bodoh seperti ini?” kata Zoya.
            “Maksudmu?”
        “Apa kau pikir, dengan ku pergi ke sebuah hotel bersama pria-pria pelangganku itu untuk bercinta? Kau salah. Mereka memang memintaku untuk bercinta tapi aku menolaknya. Aku hanya mengincar uang yang mereka tawarkan dan memohon kepadanya untuk meminjamkanya kepadaku. Jumlah yang mereka tawarkan padaku cukup besar. Jadi itu bisa… bisa… menyicil hutang-hutangku yang sudah terlalu banyak.” Zoya menjelaskan.
            “Hutang? Hutang apa? Kau bodoh atau apa. Bagaimana kau bisa merelakan dirimu pergi bersama pria yang jelas-jelas kau tidak tahu siapa dia dan dia berniat jahat atau tidak?” Lukas mengomel.
            “Aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku hanya memiliki satu harta yaitu berlianku. Terima kasih, karena kau telah menjaga berlianku Tuan.” jawab Zoya menatap Lukas dengan mata berkaca-kaca.
            “Bagaimana dengan keluargamu?” tanya Lukas.
            “Mereka meninggalkanku.”
            “Temanmu?” tanya Lukas lagi.
           “Mereka mengkhianatiku. Aku tidak punya siapa-siapa untuk ku percaya di dunia ini.” jelas Zoya.
            “Apakah Tuan tahu? Saat ini aku merasa bahagia sekali karena bertemu dengan seseorang yang dapat ku ajak bicara. Itu adalah kau. Kau sangat baik tuan. Aku senang bisa bertemu denganmu.” Zoya menambahkan.
            (Lukas tersenyum) “Aku juga senang bisa bertemu denganmu untuk yang ketiga kalinnya.”
            “Tiga kalinya?” tanya Zoya heran.
            (Lukas mengangguk) “Apakah kau tidak ingat? Kejadian di bis pada waktu itu, saat kau beradu mulut dengan wanita tua. Aku berada disampingnya. Melihat sikap kau yang seperti itu, aku yakin kau adalah gadis baik-baik tidak seperti yang dikatakan oleh orang-orang di luar sana.” Lukas menjelaskan.
            (Zoya tertawa kecil) “Aku menyesal telah mengatakan perkataan yang sangat kasar kepada wanita tua itu. Sungguh menyesal. Rasanya aku ingin meminta maaf kepada beliau (mengehela napas). Pada saat itu aku sangat lelah jadi tidak bisa mengontrol emosionalku.”
            “Bolehkah aku menanyakan satu pertanyaan untukmu?” tanya Lukas.
            “Apa?”
            “Apakah kau akan terus bekerja di tempat seperti itu?”
            “Ya. Mencari pekerjaan jaman sekarang sangatlah sulit. Tidak ada pilihan lain selain aku bekerja seperti ini.” jawab Zoya.
            “Jika… ku meminta kau berhenti dari pekerjaan itu, apakah kau akan berhenti?” tanya Lukas kembali.
            (Zoya kaget) “Apa maksudmu? Jika ku berhenti harus ku bayar pakai apa semua hutang-hutangku?” jawab Zoya.
            “Menikahlah denganku. Aku akan melunasi semua hutang-hutangmu.” Lukas menjawab tegas.
            “Apa? Apakah kau bercanda?” jawab Zoya.

            “Tidak. Aku tidak bercanda. Pria yang sedang berdiri di hadapanmu ini sedang melamarmu.” kata Lukas.
(Zoya menatap Lukas) “Aku hanya takut. Jika kau tidak serius padaku. Pertemuan kita sangatlah singkat. Aku belum mengenal dirimu dan kau juga belum mengenal diriku.”
            “Kau salah. Aku sangat sudah mengenal dirimu. Kau adalah seorang gadis cantik yang bekerja keras untuk merubah kehidupanmu menjadi lebih baik. Sayangnya. langkah yang kau ambil tidaklah tepat. Tapi sejujurnya, aku sangat kagum dengan dirimu karena kau mempunyai mental keberanian yang sangat tinggi, Zoya.” Lukas memujinya.
            “Bagaimana kau tahu namaku?” Zoya terkejut.
            (Lukas hanya tersenyum)
            “Entahlah. Aku juga bertanya-tanya kepada diriku sendiri, mengapa aku mengambil langkah seperti ini.” jawab Zoya lesu.
            “Apakah kau tidak akan menjawab tawaran ku?” tanya Lukas.
            “Tawaran? Tawaran apa?” Zoya bertanya balik.
            “Menikahlah denganku.”
            “Terima kasih karena kau sudah percaya denganku, sebagai gantinya aku juga akan percaya denganmu (Zoya mengangguk tersenyum).”

No comments:

Post a Comment