Friday, 21 August 2015

(CERBUNG) High School: When2People Episode 3

*Episode 3*
Masih di toilet, Vey masih terdiam mendengar ucapan Kath bahwa dia adalah calon tunangan Raka. Vey yang masih tak percaya itu pun segera pergi dari tempat tersebut, meninggalkan Kath. Kath yang melihat sikap Vey menjadi kaku itu pun sungguh merasa senang. Selepas keluar dari toilet, Vey menuju taman sekolah yang memang menjadi tempat favorite nya jika suasana hatinya sedang tidak baik. Ia duduk di sebuah kursi tepat berada dibawah pohon besar dan memandang langit.
        “Wah indahnya.” ucap Vey sambil mendengarkan musik dengan headset di telinganya.
        “Apa yang membuatmu begitu indah. Langit, mengapa kau berwarna biru?” Vey berbicara kepada langit tak bersuara itu.
        (Tiba-tiba Emma dan Lizzy datang)
        “Hei. Sudah gue tebak lo pasti ada disini.” kata Emma sembari merangkul Vey dan membuatnya kaget.
        (Vey tersenyum) “Hebat. Kalian bisa nemuin gue.”
        “Banggalah punya sahabat seperti kita.” Jawab Lizzy dan mereka saling berpelukan.
***
Di ruang guru, terlihat para guru tengah sibuk mengadakan sebuah rapat membicarakan bahwa ujian nasional hanya tinggal 59 hari lagi. Mereka mencemaskan kelas 12B karena tidak ada perubahan pada murid-muridnya. Terkecuali Pak Sam, dia membela kelas didiknya itu.
        “Saya yakin jika mereka dilatih sedikit lagi mereka akan bisa menjadi anak yang baik.” bela Pak Sam.
        “Sampai kapan anda akan membela anak didik anda.” sahut Miss Gista.
        “Sampai saya lelah melatih.” jawab Pak Sam.
        “Hah, dilatih? Anda kira sedang bermain taekwondo.” jawab Miss Gista sinis.
Miss Gista ini terkenal sangat galak di sekolahnya. Walaupun punya paras cantik bak seperti model ini, namun ia memiliki watak yang jutek. Murid-murid yang ia ajar pun sangat takut dan merasa tidak nyaman mempunyai guru segarang ini di sekolahnya. Mereka pun akhirnya memanggil Miss Gista dengan sebutan Miss Garong.
        “Sekarang begini, waktu kita tidak banyak. Saya harap bapak dan ibu guru bisa bekerja sama untuk melatih anak-anak dalam hal belajar. Saya ingin membuat sekolah ini bangga dengan prestasi.” kata Pak Kepala Sekolah.
        “Bagaimana jika diadakan belajar kelompok Pak, mungkin dengan seperti itu bisa membuat mereka semakin rajin belajar dan tidak ada waktu untuk bermain-main?” usul Miss Gista.
        (semua guru pun setuju dengan ide Miss Gista)
***
Anak-anak sudah berkumpul di kelas dan duduk di kursinya masing-masing. Tiba-tiba seorang murid datang sambil berkata;
        “Miss Garong datang.. Miss Garong datang..”
Bunyi suara hak sepatu Miss Gista terdengar sampai kelas mereka. Semakin lama semakin mendekat dan akhirnya Miss Gista pun membuka pintu kelas dan masuk ke dalam. Dengan memajang muka juteknya.
        “Hello everybody.” sapa Miss Gista yang memang beliau adalah guru bahasa inggris.
        “Hello Miss.” jawab anak-anak serentak.
        “Miss disini mewakili Pak Sam yang tidak hadir karena ada urusan.” Jelas Miss Gista.
        “Mewakili untuk apa Miss?” tanya salah seorang murid.
        “Miss disini akan membagikan nama kalian dalam kelompok belajar tetap sampai kalian menempuh ujian.” jawab Miss Gista.
        “Kelompok?”
        “Apa maksudnya?”
        “Aahh Miss…”
        (anak-anak mengeluh)
        “Hei hei hei.. stop stop. Ini kertas berisikan nama-nama kalian. Dua hari ke depan, kalian akan membuat project dengan kelompok kalian yang bertemakan kuning dan hijau dan harus mempresentasikannya di depan kelas.” jelas Miss Gista lalu pergi.
Anak-anak langsung berlarian ke depan kelas untuk melihat di kelompok mana nama mereka bergabung. Mereka akhirnya melihat satu persatu. Ketika waktunya Vey untuk melihat, ternyata Vey satu kelompok bersama Jupiter, Hanny dan Yian. Dia heran kenapa ia harus sekelompok dengan orang-orang yang tergolong malas untuk belajar. Disisi lain, Kath juga ikut nimbrung mencari namanya berada dimana. Ternyata nama Kath sederet dengan Lizzy, Emma dan Raka. Tentunya Kath sangat senang berada satu team dengan Raka, ditambah dengan sahabat-sahabat Vey.
        (Kath tersenyum licik kepada Vey yang sudah duduk di kursinya)
        “Kita sekelompok? Yeayy…” kata Emma senang berbicara kepada Kath.
        “Oh my god, Raka we are team.” Lizzy genit.
`      (Raka senyum)
        Vey hanya memandang ke arah depan kelas. Menghiraukan kicauan sahabat-sahabatnya yang amat senang berada di satu team tanpa dirinya, justru orang baru lah yang menggantikan posisinya. Sekolah pun usai. Vey, Lizzy dan Emma pulang berjalan bersama dengan canda-tawanya.
        “Baru kali ini kita tidak berada dalam satu kelompok.” kata Emma dengan raut wajah sedih.
        “Tidak apa-apa. Kalian fokus saja dengan project yang akan datang.” jawab Vey menenangkan.
        (Namun ketika berlangsung hangat pembicaraan itu, tiba-tiba Kath datang bersama Raka dan bergabung dengan mereka)
        “Zzy, Em.” Panggil Kath.
        “Hai Kath.”
        “Kalian ingin kemana?” tanya Kath.
        “Pulang. Kenapa?” jawab Lizzy.
        “Gimana kalau kita mendiskusikan tentang project kita hari ini?” ajak Kath. “Raka juga udah setuju, iya kan Rak?”
        “Hah? Hoh iya.” jawab Raka terbata-bata.
        “Boleh boleh, yuk. Hm sorry Vey gue ga bisa pulang bareng lo.” Emma minta maaf.
        “Gue juga Vey. Maaf ya.” Lanjut Lizzy.
        “Iya gapapa. Gue bisa pulang sendiri kok.” jawab Vey santai sambil melirik Kath dan Kath hanya membalas dengan senyuman sok polosnya.
        “Yaudah gue pergi ya. Lo hati-hati ya Vey.” Kata Lizzy.
        “Dadah.” Kata Emma melambaikan tangannya dan Vey membalas.
        (Lizzy, Emma dan Raka sudah berjalan lebih dulu dan Kath berbisik “Gue pinjem mereka dulu ya Vey.”) Kath pun lari menyusul ketinggalannya.
Vey yang melihat Kath semakin tidak suka saja. Maksudnya apa dengan kata-kata seperti itu. Akhirnya Vey berjalan pulang sendirian dan memikirkan kata-kata Kath tadi. Sesampainya dirumah, Vey mendapat pesan dari Raka.
        <Udah sampe rumah?>
        <baru saja> jawab Vey.
        <Syukurlah. Gue khawatir. Maaf ga bisa pulang bareng hari ini>
        <Gapapa. Ohiya Rak, nanti kita makan es krim yuk, gue tau tempat yang enak dimana>
        <Sorry Vey, ga bisa. Kayanya selesai sampe malam nih. Maaf ya. Nanti lagi ya>
Percakapan mereka pun berakhir.
***
Di kediaman rumah Kath, mereka membahas tema apa yang akan mereka buat.
        “Kuning.. kuning.. bagaimana kalau matahari?” sahut Emma.
        “Matahari? Hm ide yang bagus.” sambung Kath.
        “Boleh. Boleh. Trus hijau nya apa?” kata Lizzy.
        “ Hijaunya hhmm….” Emma berpikir.
        “Menurut lo apa Rak?” tanya Kath membuat Raka sadar dari kelamunannya.
        “Hah? Hm apa aja…” jawabnya.
        (Kath penasaran apa yang membuat Raka tidak fokus seperti itu)
        “Hijau daun?” sahut Lizzy kencang.
        “Benar. Hahaha oke fix matahari dan daun.” kata Kath sambil memandang Raka.
Setelah menemukan benda yang dijadikan tema, akhirnya mereka berempat tertawa bersama bahkan canda dan tawa terasa hangat di antaranya.
***
Di sebuah taman, Vey terlihat jalan menyendiri menyusuri jalanan di sinar rembulan. Menggunakan jaket tebal karena suhu udara sangat dingin. Tanpa sepengetahuan seseorang mengikuti Vey dari belakangan, Vey pun akhirnya sadar dan segera ia melaju jalannya dengan cepat. Hingga pada akhirnya orang misterius itu mendekap mulut Vey dengan tangannya. Vey berusaha teriak tapi tidak bisa. Ketika berbalik badan, pria bertubuh tinggi berada di hadapannya.
        “Chiko..” kata Vey.
        “Surprise…” kata Chiko bersemangat.
        (Vey tersenyum lebar)
        “Gimana, surprise kan?” Chiko berkata.
        “Bikin kaget aja. Dikira orang jahat.” jawab Vey sambil jalan berdampingan.
        (Chiko tertawa kecil) “Gimana kalau orang jahat beneran yang dekap kamu? Hayo?” ledek Chiko.
        “Jangan sampe…” jawab Vey
        “Kalo orang jahatnya kaya aku gimana? Pasti ga nolak kan?” ledek Chiko lagi.
        “Ih apaansih. Siapa bilang.” Jawab Vey dengan senyum tipisnya.
        “Hahaha. Hah udaranya segar.” kata Chiko.
        “Kamu benar.” Vey nyaut.
        “Vey, ini udah jadi kebiasaan kamu ya? Kalo lagi sedih, jalan-jalan sendirian begini? Malam pula?” kata Chiko.
        “Tidak juga. Kalo lagi pengen aja.” Jawab Vey datar.
        “Sekarang lagi pengen berarti?” sahut Chiko lagi.
        “Hhmm. Ga juga sih, kebetulan lagi bĂȘte yaudah jalan-jalan.” Jawab Vey meledek membuat Chiko kesal.
        (Suara handphone Vey berdering)
        “Hallo Rak.” Vey menjawab.
        “Vey, dimana? Gue udah selesai.” kata Raka.
        “Hah? Oh udah selesai? Hm.. gue di taman.” jawab Vey.
        “Oke gue nyusul kesana.” kata Raka.
        “Tapi Rak… Hallo.. Hallo.” Belum selesai berbicara Raka sudah menutupnya.
        (Chiko bertanya) “Siapa?”
        “Oh Raka. Dia mau kesini katanya.” jawab Vey.
        “Raka? Oh.. laki-laki yang ada di depan rumah kamu malam itu ya? Dia siapa kamu? Pacar?” tanya Chiko.
        “Bukan bukan.. dia sahabat kecil aku. Aku udah tujuh tahun temenan sama dia.” jelas Vey.
        (Tak lama kemudian, Raka tiba) Raka yang melihat Vey sedang bersama Chiko membuat wajah bahagianya menghilang.
        “Hei Rak, udah datang?” kata Vey.
        (Raka dan Chiko saling menatap) Vey heran ada apa dengan keduanya.
        (menepukkan kedua tangan) “Bagaimana kalau kita makan es krim sekarang, yuk? Ayukk…” kata Vey mencairkan suasana dengan menggandeng tangan Raka dan Chiko.
***
Keesokan harinya, FAMA HIGH SCHOOL mengadakan lomba pertandingan basket antar sekolah. FAMA akan bertanding dengan RIWAY HIGH SCHOOL. Raka, Jupiter, Yian dan dua orang lainnya yang akan mengambil ahli permainan ini. Semua siswa sudah berkumpul di lapangan untuk mendukung asal sekolahnya masing-masing. Termasuk Vey, Lizzy, Emma dan Hanny. Mereka bersorak-sorak menyebutkan nama FAMA dan pemainnya. Ketika pemain tiba di lapangan, hentakan kaki dan suara pun tak bisa dihindarkan. Semangat mereka untuk membela nama sekolahnya sangat terlihat. Tak lama kemudian, lawan main pun tiba. Kemunculan lawan menarik perhatian Vey dan Raka. Ternyata sekolah mereka akan melawan sekolah Chiko berasal. Chiko yang sudah mengetahui bahwa sekolahnya akan melawan sekolah mereka hanya tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Vey. Itu menjadi pusat perhatian bagi para penonton dan secara bersamaan menolehkan matanya ke arah Vey, termasuk juga Raka.
        “Apa itu? barusan dia berlambai ke arah sini?” kata Hanny.
        “Benar. Dia melihat ke sini. Vey seperti nya dia ke arahmu.” sambung Lizzy.
        (Vey kaget dan melotot)
        “Vey, lo kenal dia?” tanya Emma penasaran.
        “I-y-a.” jawab Vey terbata-bata.
        (Vey hanya terdiam sedangkan Raka melirik Chiko tidak suka)
Bunyi pluit pun dimulai. Wasit memasuki area lapangan dan pertandingan dimulai. Suara pendukung pun semakin keras ketika RIWAY berhasil memasukkan bola ke dalam ring dengan 3 poin. Tak mau kalah, FAMA terus mengejar skor yang tertinggal jauh dengan mendapat 3 poin. Raka berhasil membuat keadaan seimbang. Berebutan bola pun semakin gencar ketika Chiko mendrible nya dan Raka berada di depan untuk menghalanginya. Tiba-tiba Chiko mengeluarkan sesuatu kata;
        “Vey, hari ini sangat cantik.” setelah membisikkan itu ia langsung memasukkan bola ke dalam ring dan berhasil mencetak tambahan skor. Raka mendengar itu terdiam. Genggaman tangannya pun di gumpalkan meluapkan kekesalannya. Setelah itu, Raka melanjutkan pertandingan kembali. Berusaha merebut bola dari lawan dan memasukkannya ke dalam ring. Skor saat ini 29 FAMA : 37 RIWAY. Sejauh ini kedudukan diungguli oleh RIWAY. Chiko memasang wajah bahagia, sesekali ia melirik Vey. Vey balas dengan senyuman diselingi dengan perasaan panik juga. Raka yang sedang memegang bola dan melihat sikap Chiko, dengan sengaja melemparkan bolanya ke arah Chiko dan mengenai lengannya.
        “Sorry, ga sengaja.” Raka mendekati Chiko berbisik.
Chiko pun tersenyum melihat tingkah kekanak-kanakannya. Mendekati waktu permainan akan segera berakhir, RIWAY masih di posisi pertama dengan skor tipis. 40 FAMA : 43 RIWAY. Jika FAMA mampu mencetak three point, maka akan ada perpanjangan waktu 10 menit. Namun jika gagal maka RIWAY yang akan membawa pulang medali emas. Kini bola berada di tangan Raka menunjukkan waktu kurang dari 10 detik lagi. Rasa deg-degan menghantui Vey beserta teman-temannya. Mereka panik bagaimana jika sekolahnya gagal lagi membawa medali emas. Raka bersiap-siap menembakan shooting dan fokus pada ring nya. Tiba-tiba ia terbayang akan Chiko yang tersenyum pada Vey begitu juga Vey yang membalas dengan senyuman manisnya.
        “Kamu bisa Rak.. kamu bisa.” kata Vey dalam hati.
Kemudian Raka pun melemparkan bolanya. Dan apa yang terjadi?
~To Be Continoued~
Kira-kira siapa yang bakal menang ya?

No comments:

Post a Comment