*Episode 3*
Masih
di toilet, Vey masih terdiam mendengar ucapan Kath bahwa dia adalah calon
tunangan Raka. Vey yang masih tak percaya itu pun segera pergi dari tempat
tersebut, meninggalkan Kath. Kath yang melihat sikap Vey menjadi kaku itu pun
sungguh merasa senang. Selepas keluar dari toilet, Vey menuju taman sekolah
yang memang menjadi tempat favorite nya jika suasana hatinya sedang tidak baik.
Ia duduk di sebuah kursi tepat berada dibawah pohon besar dan memandang langit.
“Wah indahnya.” ucap Vey sambil
mendengarkan musik dengan headset di telinganya.
“Apa yang membuatmu begitu indah.
Langit, mengapa kau berwarna biru?” Vey berbicara kepada langit tak bersuara
itu.
(Tiba-tiba
Emma dan Lizzy datang)
“Hei. Sudah gue tebak lo pasti ada
disini.” kata Emma sembari merangkul Vey dan membuatnya kaget.
(Vey tersenyum) “Hebat. Kalian bisa
nemuin gue.”
“Banggalah punya sahabat seperti kita.”
Jawab Lizzy dan mereka saling berpelukan.
***
Di
ruang guru, terlihat para guru tengah sibuk mengadakan sebuah rapat
membicarakan bahwa ujian nasional hanya tinggal 59 hari lagi. Mereka
mencemaskan kelas 12B karena tidak ada perubahan pada murid-muridnya.
Terkecuali Pak Sam, dia membela kelas didiknya itu.
“Saya yakin jika mereka dilatih sedikit
lagi mereka akan bisa menjadi anak yang baik.” bela Pak Sam.
“Sampai kapan anda akan membela anak
didik anda.” sahut Miss Gista.
“Sampai saya lelah melatih.” jawab Pak
Sam.
“Hah, dilatih? Anda kira sedang bermain
taekwondo.” jawab Miss Gista sinis.
Miss
Gista ini terkenal sangat galak di sekolahnya. Walaupun punya paras cantik bak
seperti model ini, namun ia memiliki watak yang jutek. Murid-murid yang ia ajar
pun sangat takut dan merasa tidak nyaman mempunyai guru segarang ini di
sekolahnya. Mereka pun akhirnya memanggil Miss Gista dengan sebutan Miss
Garong.
“Sekarang begini, waktu kita tidak
banyak. Saya harap bapak dan ibu guru bisa bekerja sama untuk melatih anak-anak
dalam hal belajar. Saya ingin membuat sekolah ini bangga dengan prestasi.” kata
Pak Kepala Sekolah.
“Bagaimana jika diadakan belajar
kelompok Pak, mungkin dengan seperti itu bisa membuat mereka semakin rajin
belajar dan tidak ada waktu untuk bermain-main?” usul Miss Gista.
(semua guru pun setuju dengan ide Miss
Gista)
***
Anak-anak
sudah berkumpul di kelas dan duduk di kursinya masing-masing. Tiba-tiba seorang
murid datang sambil berkata;
“Miss Garong datang.. Miss Garong
datang..”
Bunyi
suara hak sepatu Miss Gista terdengar sampai kelas mereka. Semakin lama semakin
mendekat dan akhirnya Miss Gista pun membuka pintu kelas dan masuk ke dalam.
Dengan memajang muka juteknya.
“Hello everybody.” sapa Miss Gista yang
memang beliau adalah guru bahasa inggris.
“Hello Miss.” jawab anak-anak serentak.
“Miss disini mewakili Pak Sam yang tidak
hadir karena ada urusan.” Jelas Miss Gista.
“Mewakili untuk apa Miss?” tanya salah
seorang murid.
“Miss disini akan membagikan nama kalian
dalam kelompok belajar tetap sampai kalian menempuh ujian.” jawab Miss Gista.
“Kelompok?”
“Apa maksudnya?”
“Aahh Miss…”
(anak-anak mengeluh)
“Hei hei hei.. stop stop. Ini kertas berisikan
nama-nama kalian. Dua hari ke depan, kalian akan membuat project dengan
kelompok kalian yang bertemakan kuning dan hijau dan harus mempresentasikannya
di depan kelas.” jelas Miss Gista lalu pergi.
Anak-anak
langsung berlarian ke depan kelas untuk melihat di kelompok mana nama mereka
bergabung. Mereka akhirnya melihat satu persatu. Ketika waktunya Vey untuk
melihat, ternyata Vey satu kelompok bersama Jupiter, Hanny dan Yian. Dia heran
kenapa ia harus sekelompok dengan orang-orang yang tergolong malas untuk
belajar. Disisi lain, Kath juga ikut nimbrung mencari namanya berada dimana.
Ternyata nama Kath sederet dengan Lizzy, Emma dan Raka. Tentunya Kath sangat
senang berada satu team dengan Raka, ditambah dengan sahabat-sahabat Vey.
(Kath tersenyum licik kepada Vey yang
sudah duduk di kursinya)
“Kita sekelompok? Yeayy…” kata Emma
senang berbicara kepada Kath.
“Oh my god, Raka we are team.” Lizzy
genit.
` (Raka senyum)
Vey hanya memandang ke arah depan kelas.
Menghiraukan kicauan sahabat-sahabatnya yang amat senang berada di satu team
tanpa dirinya, justru orang baru lah yang menggantikan posisinya. Sekolah pun
usai. Vey, Lizzy dan Emma pulang berjalan bersama dengan canda-tawanya.
“Baru kali ini kita tidak berada dalam
satu kelompok.” kata Emma dengan raut wajah sedih.
“Tidak apa-apa. Kalian fokus saja dengan
project yang akan datang.” jawab Vey menenangkan.
(Namun ketika berlangsung hangat
pembicaraan itu, tiba-tiba Kath datang bersama Raka dan bergabung dengan
mereka)
“Zzy, Em.” Panggil Kath.
“Hai Kath.”
“Kalian ingin kemana?” tanya Kath.
“Pulang. Kenapa?” jawab Lizzy.
“Gimana kalau kita mendiskusikan tentang
project kita hari ini?” ajak Kath. “Raka juga udah setuju, iya kan Rak?”
“Hah? Hoh iya.” jawab Raka terbata-bata.
“Boleh boleh, yuk. Hm sorry Vey gue ga
bisa pulang bareng lo.” Emma minta maaf.
“Gue juga Vey. Maaf ya.” Lanjut Lizzy.
“Iya gapapa. Gue bisa pulang sendiri
kok.” jawab Vey santai sambil melirik Kath dan Kath hanya membalas dengan
senyuman sok polosnya.
“Yaudah gue pergi ya. Lo hati-hati ya
Vey.” Kata Lizzy.
“Dadah.” Kata Emma melambaikan tangannya
dan Vey membalas.
(Lizzy, Emma dan Raka sudah berjalan
lebih dulu dan Kath berbisik “Gue pinjem mereka dulu ya Vey.”) Kath pun lari
menyusul ketinggalannya.
Vey
yang melihat Kath semakin tidak suka saja. Maksudnya apa dengan kata-kata
seperti itu. Akhirnya Vey berjalan pulang sendirian dan memikirkan kata-kata
Kath tadi. Sesampainya dirumah, Vey mendapat pesan dari Raka.
<Udah sampe rumah?>
<baru saja> jawab Vey.
<Syukurlah. Gue khawatir. Maaf ga
bisa pulang bareng hari ini>
<Gapapa. Ohiya Rak, nanti kita makan
es krim yuk, gue tau tempat yang enak dimana>
<Sorry Vey, ga bisa. Kayanya selesai sampe
malam nih. Maaf ya. Nanti lagi ya>
Percakapan
mereka pun berakhir.
***
Di
kediaman rumah Kath, mereka membahas tema apa yang akan mereka buat.
“Kuning.. kuning.. bagaimana kalau
matahari?” sahut Emma.
“Matahari? Hm ide yang bagus.” sambung
Kath.
“Boleh. Boleh. Trus hijau nya apa?” kata
Lizzy.
“ Hijaunya hhmm….” Emma berpikir.
“Menurut lo apa Rak?” tanya Kath membuat
Raka sadar dari kelamunannya.
“Hah? Hm apa aja…” jawabnya.
(Kath penasaran apa yang membuat Raka
tidak fokus seperti itu)
“Hijau daun?” sahut Lizzy kencang.
“Benar. Hahaha oke fix matahari dan
daun.” kata Kath sambil memandang Raka.
Setelah
menemukan benda yang dijadikan tema, akhirnya mereka berempat tertawa bersama
bahkan canda dan tawa terasa hangat di antaranya.
***
Di
sebuah taman, Vey terlihat jalan menyendiri menyusuri jalanan di sinar
rembulan. Menggunakan jaket tebal karena suhu udara sangat dingin. Tanpa
sepengetahuan seseorang mengikuti Vey dari belakangan, Vey pun akhirnya sadar
dan segera ia melaju jalannya dengan cepat. Hingga pada akhirnya orang
misterius itu mendekap mulut Vey dengan tangannya. Vey berusaha teriak tapi
tidak bisa. Ketika berbalik badan, pria bertubuh tinggi berada di hadapannya.
“Chiko..” kata Vey.
“Surprise…” kata Chiko bersemangat.
(Vey tersenyum lebar)
“Gimana, surprise kan?” Chiko berkata.
“Bikin kaget aja. Dikira orang jahat.”
jawab Vey sambil jalan berdampingan.
(Chiko tertawa kecil) “Gimana kalau
orang jahat beneran yang dekap kamu? Hayo?” ledek Chiko.
“Jangan sampe…” jawab Vey
“Kalo orang jahatnya kaya aku gimana?
Pasti ga nolak kan?” ledek Chiko lagi.
“Ih apaansih. Siapa bilang.” Jawab Vey
dengan senyum tipisnya.
“Hahaha. Hah udaranya segar.” kata
Chiko.
“Kamu benar.” Vey nyaut.
“Vey, ini udah jadi kebiasaan kamu ya?
Kalo lagi sedih, jalan-jalan sendirian begini? Malam pula?” kata Chiko.
“Tidak juga. Kalo lagi pengen aja.”
Jawab Vey datar.
“Sekarang lagi pengen berarti?” sahut
Chiko lagi.
“Hhmm. Ga juga sih, kebetulan lagi bĂȘte
yaudah jalan-jalan.” Jawab Vey meledek membuat Chiko kesal.
(Suara handphone Vey berdering)
“Hallo Rak.” Vey menjawab.
“Vey, dimana? Gue udah selesai.” kata
Raka.
“Hah? Oh udah selesai? Hm.. gue di
taman.” jawab Vey.
“Oke gue nyusul kesana.” kata Raka.
“Tapi Rak… Hallo.. Hallo.” Belum selesai
berbicara Raka sudah menutupnya.
(Chiko bertanya) “Siapa?”
“Oh Raka. Dia mau kesini katanya.” jawab
Vey.
“Raka? Oh.. laki-laki yang ada di depan
rumah kamu malam itu ya? Dia siapa kamu? Pacar?” tanya Chiko.
“Bukan bukan.. dia sahabat kecil aku.
Aku udah tujuh tahun temenan sama dia.” jelas Vey.
(Tak lama kemudian, Raka tiba) Raka yang
melihat Vey sedang bersama Chiko membuat wajah bahagianya menghilang.
“Hei Rak, udah datang?” kata Vey.
(Raka dan Chiko saling menatap) Vey
heran ada apa dengan keduanya.
(menepukkan kedua tangan) “Bagaimana
kalau kita makan es krim sekarang, yuk? Ayukk…” kata Vey mencairkan suasana
dengan menggandeng tangan Raka dan Chiko.
***
Keesokan
harinya, FAMA HIGH SCHOOL mengadakan lomba pertandingan basket antar sekolah.
FAMA akan bertanding dengan RIWAY HIGH SCHOOL. Raka, Jupiter, Yian dan dua
orang lainnya yang akan mengambil ahli permainan ini. Semua siswa sudah
berkumpul di lapangan untuk mendukung asal sekolahnya masing-masing. Termasuk
Vey, Lizzy, Emma dan Hanny. Mereka bersorak-sorak menyebutkan nama FAMA dan
pemainnya. Ketika pemain tiba di lapangan, hentakan kaki dan suara pun tak bisa
dihindarkan. Semangat mereka untuk membela nama sekolahnya sangat terlihat. Tak
lama kemudian, lawan main pun tiba. Kemunculan lawan menarik perhatian Vey dan
Raka. Ternyata sekolah mereka akan melawan sekolah Chiko berasal. Chiko yang
sudah mengetahui bahwa sekolahnya akan melawan sekolah mereka hanya tersenyum
dan melambaikan tangannya ke arah Vey. Itu menjadi pusat perhatian bagi para
penonton dan secara bersamaan menolehkan matanya ke arah Vey, termasuk juga
Raka.
“Apa itu? barusan dia berlambai ke arah
sini?” kata Hanny.
“Benar. Dia melihat ke sini. Vey seperti
nya dia ke arahmu.” sambung Lizzy.
(Vey kaget dan melotot)
“Vey, lo kenal dia?” tanya Emma
penasaran.
“I-y-a.” jawab Vey terbata-bata.
(Vey hanya terdiam sedangkan Raka
melirik Chiko tidak suka)
Bunyi
pluit pun dimulai. Wasit memasuki area lapangan dan pertandingan dimulai. Suara
pendukung pun semakin keras ketika RIWAY berhasil memasukkan bola ke dalam ring
dengan 3 poin. Tak mau kalah, FAMA terus mengejar skor yang tertinggal jauh
dengan mendapat 3 poin. Raka berhasil membuat keadaan seimbang. Berebutan bola
pun semakin gencar ketika Chiko mendrible nya dan Raka berada di depan untuk
menghalanginya. Tiba-tiba Chiko mengeluarkan sesuatu kata;
“Vey, hari ini sangat cantik.” setelah
membisikkan itu ia langsung memasukkan bola ke dalam ring dan berhasil mencetak
tambahan skor. Raka mendengar itu terdiam. Genggaman tangannya pun di gumpalkan
meluapkan kekesalannya. Setelah itu, Raka melanjutkan pertandingan kembali. Berusaha
merebut bola dari lawan dan memasukkannya ke dalam ring. Skor saat ini 29 FAMA
: 37 RIWAY. Sejauh ini kedudukan diungguli oleh RIWAY. Chiko memasang wajah
bahagia, sesekali ia melirik Vey. Vey balas dengan senyuman diselingi dengan
perasaan panik juga. Raka yang sedang memegang bola dan melihat sikap Chiko,
dengan sengaja melemparkan bolanya ke arah Chiko dan mengenai lengannya.
“Sorry, ga sengaja.” Raka mendekati
Chiko berbisik.
Chiko
pun tersenyum melihat tingkah kekanak-kanakannya. Mendekati waktu permainan
akan segera berakhir, RIWAY masih di posisi pertama dengan skor tipis. 40 FAMA
: 43 RIWAY. Jika FAMA mampu mencetak three point, maka akan ada perpanjangan
waktu 10 menit. Namun jika gagal maka RIWAY yang akan membawa pulang medali
emas. Kini bola berada di tangan Raka menunjukkan waktu kurang dari 10 detik
lagi. Rasa deg-degan menghantui Vey beserta teman-temannya. Mereka panik bagaimana
jika sekolahnya gagal lagi membawa medali emas. Raka bersiap-siap menembakan
shooting dan fokus pada ring nya. Tiba-tiba ia terbayang akan Chiko yang
tersenyum pada Vey begitu juga Vey yang membalas dengan senyuman manisnya.
“Kamu bisa Rak.. kamu bisa.” kata Vey
dalam hati.
Kemudian
Raka pun melemparkan bolanya. Dan apa yang terjadi?
~To
Be Continoued~
Kira-kira
siapa yang bakal menang ya?
No comments:
Post a Comment