Thursday, 13 August 2015

(CERBUNG) High School: When2People Episode 2

Keesokan harinya, hari yang special bagi Vey. Bukan lain hari ini adalah hari kelahirannya, 31 July. Tidak bertemu dengan teman-teman karena kebetulan hari ini juga hari libur sekolah. berharap akan ada yang datang memberikan kejutan. Tapi di malam hari sebelumnya, handphone Vey dimatikan secara sengaja olehnya, karena dia menganggap dan mengira bahwa dihari ulang tahunnya itu tidak aka nada yang special. Vey pun hanya menonton drama kesukaannya yaitu drama korea. Benar dugaannya, di hari yang special ini pun ia tidak mendengar kata –selamat ulang tahun- termasuk dari keluarganya. Ayah, Ibu dan adiknya tidak memberikan selamat. Tapi ia tidak tahu bagaimana dengan teman-temannya, karena ia menon-aktifkan ponselnya dari semalam. Perasaan kecewa menghampirinya. Meluapkan isi hatinya melalui tulisan buku diary miliknya di dalam kamarnya. Ia bertanya-tanya “Apakah mereka tidak ingat? Hari ini merupakan tanggal aku dilahirkan. Keluargaku, temanku bahkan sahabatku. Mereka tidak ingat? Tidak bisakah mereka membuatku bahagia walaupun hanya sekedar ucapan?” tulis Vey dalam diarynya. Raka yang bahkan teman dekatnya pun sampai 12 jam hari ulang tahun belum mengucapkan selamat. Ponsel milik Vey dibiarkan tergeletak begitu saja diatas mejanya. Sesekali ia melirik ponselnya, berharap suara panggilan berbunyi. Ia tidak akan mengaktifkan handphonenya jika ia belum mendengar ucapan selamat ulang tahun dari keluarganya.
        “Kemana kalian pergi?” Vey berbicara dengan foto yang berisi ayah dan ibu kandungnya serta adiknya.
Vey menunggu hingga malam, ia belum juga mendengar ucapan yang dia inginkan. Akhirnya Vey memutuskan untuk keluar rumah mencari angin malam. Sambil ditemani headset putih mendengarkan lagu kesukannya Tiger. Berjalan seorang diri ditengah keramaian, sesekali menghela napas panjang sambil melihat sekelilingnya. Duduk disebuah taman, melihat kanan kiri merasa iri banyak orang berkumpul bersama tertawa bahagia. Ia melamun, sambil memandang langit dan berkata, “wah indahnya.” Tiba-tiba seorang laki-laki muncul, bergegas duduk disamping kanannya.
        “Apanya yang indah?” kata si cowok tersebut.
        “Hah” Vey kaget tiba-tiba ada orang yang tak dikenal duduk disampingnya.
        “Kenapa? Kaget ya?” jawab cowok itu.
        (mata melotot heran) “Hoh. (melepas headsetnya) maaf, siapa ya?” tanya Vey.
        “Ah Chiko. Nama gue Chiko” jawabnya memperkenalkan diri sambil berjabat tangan.
        “ohh ya” jawab Vey senyum heran.
        “Jangan terlalu lama memandang langit. Itu tandanya terlalu tinggi harapan.” Kata Chiko yang juga ikut memandang langit sekejap.
        (Vey melepaskan pandangan langitnya itu dan menatap Chiko)
        “Why? Lagi punya harapan tinggi tapi sampai sekarang belum terkabul?” Chiko menegaskan.
        (Vey melotot kaget) “Bagaimana……” jawab Vey sedikit takut.
        “Benerkan? Bener. Haha. Jelas keliatan dari wajah kamu sedang menunggu sebuah harapan yang tak kunjung datang” kata Chiko meledek.
        (Vey hanya diam, takut dengan orang yang tak dikenal tersebut)
        “Jujur, daritadi aku memperhatikan kamu dari sana (Chiko menunjuk tempat duduk sebelumnya yang ia duduki) kamu kelihatan sedih. Ternyata kamu sedih menunggu sebuah harapan. Harapan tentang apa? Pacar? Teman? Atau keluarga?” jelas Chiko sambil mendekatkan badannya ke Vey. Vey pun spontan menjauhkan dirinya.
        “Gak ada” jawab Vey singkat.
        “Yakin? Cerita aja gapapa. Aku siap dengerin curhatan kamu kok” Chiko mengajak.
        “Gak semua cerita yang aku punya, dapat aku ceritakan ke semua orang. Apalagi orang yang gak dikenal seperti kamu.” Kata Vey tegas sambil melirik Chiko tajam.
        “Oh gitu. Oke terserah kamu. Aku Cuma menawarkan diri. Karena aku tau rasanya menyediri itu gimana. Di saat-saat seperti itu yang kita butuhkan adalah seseorang. Bukan lagu mellow yang bikin suasana hati kita tambah sedih. Jangan terlalu sering melihat langit, dia memang cantik, mempunyai harapan tinggi memang sesuai untuknya. Tapi coba deh sesekali lihat ke laut, sesekali ia membawa derasnya ombak ke pinggir pantai, begitu juga dengan harapan.” kata Chiko bijak. Perkataannya membuat Vey terdiam dan pandangannya hilang, tangispun tak kuat ia tahan. Chiko yang sudah bersiap untuk bangun dari duduknya, Vey menahan dan menggenggam tangan Chiko sambil berkata, “Jangan pergi” (air mata menetes) “Lima menit. Lima menit aja.” Pinta Vey kepada Chiko untuk menemaninya malam itu.
***
Di kediaman rumah Raka, di ruang tamu. Raka beserta kedua orang tuanya sedang menerima tamu. Yakni rekan bisnis papa-nya yang juga bersama istrinya serta anak perempuannya, Katherin. Mereka saling memperkenalkan buah hati masing-masing. Dimana Raka sendiri sedang dilanda gelisah, karena ternyata secara diam-diam dia telah mempersiapkan hadiah kejutan untuk Vey. Selama ini ia tidak lupa dengan hari ulang tahun teman dekat yang dia dicintai itu. Ia hanya ingin membuat Vey kesal karena dirinya tidak memberikan ucapan dan membuat hadiah kejutan untuknya. Raka yang duduk diantara mama dan papanya, tiba-tiba izin pamit untuk keluar terlebih dahulu dengan alasan ada keperluan mendadak. Orang tua-nya pun mengiyakan, terkecuali Kath (sapaan Katherine), ia terlihat kesal karena ditinggal pergi olehnya membiarkan dirinya duduk diantara pertemuan bisnis orang tuanya. Raka berlari menuju rumah Vey sambil membawa hadiah kejutan yang disiapkannya. Terlihat bahagia dari pemilik wajah vampire tersebut. Tepat pukul 8 malam Raka berada di depan rumah Vey. Menunggu… dan menunggu. Duduk berdiri duduk berdiri untuk menghilangkan kebosanannya selagi menunggu Vey.
***
Di hamparan taman-taman dikelilingi bunga yang indah, Vey dan Chiko berjalan seusai percakapannya Chiko mendengarkan cerita Vey. Mereka berjalan berdampingan. Tiba-tiba Chiko melihat sebuah bunga merah yang bermekar indah dan sebuah korek api, “Tunggu disini” kata Chiko menyuruh Vey jangan pergi kemana-mana. Chiko pun berlari mengambil kedua benda tersebut. Setelah mengambil Chiko menghampiri Vey kembali, dan berkata;
        (sambil melihat jam tangan) “Masih ada waktu lima menit lagi sebelum hari ulang tahunmu berakhir.”
        (Chiko menyalakan korek apinya) “Make a wish!” kata Chiko.
Vey yang melihat tingkah laku Chiko hanya tersenyum dan berkata, “Oke” Vey menutup mata dan membuat permohonan di detik-detik sisa waktu di hari specialnya itu dan meniupkan api yang menyala itu.
        “Happy birthday.” Chiko berkata sambil memberikan bunga yang di petiknya itu.
        (Vey tersenyum) “Hem, thanks Chik” jawab Vey dengan menerima bunga pemberian dari Chiko. Vey dan Chiko akhirnya melanjutkan perjalanannya kembali.
***
Waktu menunjukkan pukul 23.57, Raka masih tetap menunggu kedatangan Vey. “Kenapa lo gak dateng?” Raka berbicara sendiri.
        “Raka kamu ngapain?” kata Mama Raka yang keluar dari rumah bersama rekan bisnisnya. Pertemuan itu telah selesai dan kedua orang tua Raka mengantarkan rekannya itu keluar.
        “Oh lagi nungguin Vey mah” jawab Raka sambil loncat-loncat mengintip kea rah rumah Vey.
        (Mama Raka menggeleng-geleng kepala)
        “Vey itu siapa tante?” tanya Kath.
        “Oh Vey itu teman dekatnya Raka. Mereka sudah berteman dari kecil.” Jawab mama Raka halus.
        “Ohh..” kata Kath yang melirik Raka dengan rasa penasaran ada apa dengan mereka berdua.
Akhirnya rekan bisnis kedua orang tua Raka pun pergi menggunakan mobil miliknya, disusul dengan kedua orang tua Raka masuk kembali ke dalam rumahnya sambil memberi pesan kepada anaknya untuk segera masuk ke dalam karena cuaca di luar sangat dingin. Tapi Raka sepertinya tidak mendengarkan perkataan mereka, ia sibuk menunggu Vey. Akhirnya Raka mengeluarkan ponselnya dan menelpon Vey, namun suara yang muncul adalah –nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan- (memang sedari tadi Vey mematikan ponselnya) Raka berkali-kali menelpon Vey, rasa khawatir juga datang kepada dirinya. Hingga pada akhirnya, datanglah seorang wanita dan laki-laki yang sedang berjalan bersama dari arah kiri diri Raka. Melihat hal itu, Raka langsung menghentikan panggilannya dan menunggu kedatangan Vey sampai ke hadapannya.
        “Udah datang?” kata Raka sambil menyembunyikan hadiah tersebut di belakang punggungnya.
        “Hhmm, lo ngapain disini?” tanya Vey heran.
        “Oh hhmm (Raka senyum-senyum dan perlahan ia mengeluarkan hadiahnya itu, namun sebelum ia berhasil menunjukannya kepada Vey, Chiko memotong pembicaraan diantara keduanya)”
        “Vey sampai disini dulu ya. Aku pamit pulang. Sekali lagi selamat ulang tahun.” Kata Chiko sambil mengelus kepala Vey.
        “Hm makasih buat malam ini Chik.” balas Vey.
Melihat pembicaraan mereka. Raka menjadi enggan untuk memberikan hadiah itu kepada Vey. Dalam hati Raka, ia bertanya-tanya siapa laki-laki itu, hingga kepergiannya pun Raka tetap memperhatikannya.
        (Vey menghadap Raka) “Ohiya ada apa Rak?” kata Vey sambil menunjukkan wajah senangnya kepada Raka.
        (Raka yang melihat betapa gembiranya wanita yang dicintainya itu pun, ia juga merasakan kebahagiannya)
        (Raka mengelus rambut Vey, namun di tangkis oleh Vey) “Seneng banget kayanya? Ada apa sih?” kata Raka sambil mengantongi hadiah tersebut ke dalam saku celananya.
        “Itu apa? (Vey melihat kotak kecil yang hendak dikantongi Raka)” tanya Vey.
        “Hm? Oh bukan apa-apa kok.” Jawab Raka sedikit kecewa.
        “Lo ga ngumpetin sesuatu dari gue kan?” tanya Vey lagi sinis.
        “Iya bener. Curigaan banget sih.” jawab Raka meyakinkan Vey.
        “Oke kalau gitu” kata Vey yang bergegas inginmasuk ke dalam rumah, tapi ditahan oleh Raka.
        “Eits eits nanti dulu. Buru-buru banget sih masuknya.” Kata Raka.
        “Capek. Mau tidur.” jawab Vey sinis sambil menangkis genggaman Raka dan berjalan menuju dalam rumah.
        “Selamat ulang tahun, Vey.” Kata Raka cepat sebelum Vey masuk ke dalam rumah sambil menatap.
Vey yang mendengar ucapan tersebut berhenti dari langkahnya. Ucapan yang ingin dia dengar dari 24 jam yang lalu baru ia dengar detik ini.
        “Walaupun udah lewat satu menit, happy birthday Vey. Gue ga akan lupa sama hari ulang tahun lo. Gue sengaja gak ngucapin ke lo sedari pagi karena mau bikin kejutan buat lo, malam ini. Tapi kelihatannya lo udah bahagia, lo udah seneng, itu melegakan buat gue. Jadi gue gak khawatir lagi kalo lo bakal marah sama gue gara-gara telat ngucapin. Gue gatau siapa laki-laki itu, tapi gue akan berterima kasih karena udah buat lo sebahagia ini. (sambil mengambil hadiah dari dalam sakunya) ini buat lo. Ini hadiah yang bisa gue kasih.” Kata Raka yang berbicara dari balik punggung Vey.
        (Vey hanya diam dan Raka memberikan hadiahnya itu ke genggaman tangan Vey) “Good night, Vey.” Kata Raka sambil masuk ke dalam rumah terlebih dahulu dan meninggalkan Vey di luar seorang diri.
Vey yang hanya diam tidak bergerak sama sekali pun hampir meneteskan air mata. Ia langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya, segera ia menyalakan ponselnya dan ternyata ada 25 panggilan tak terjawab dari Raka serta pesan yang berisi, “Vey dimana? Cepat keluar. Gue di depan rumah lo.” –Terkirim pukul 20:15-
Vey baru menyadari bahwa Raka menunggu dirinya selama empat jam, sedangkan dirinya sedang berbahagia bersama Chiko, seseorang yang baru dikenalnya malam itu. Vey melirik pemberian hadiah Raka dan membukanya, ternyata sebuah kalung yang berinisialkan nama Vey, jika diputar ke arah atas akan membentuk sebuah nama Raka. Sebuah kalung yang menyatukan nama mereka berdua. Raka memberikan kalung itu juga memiliki arti yakni bahwa mereka berdua tidak dapat dipisahkan layaknya burung merpati. Ya! Di kalung tersebut juga terdapat simbol burung merpati putih serta sebuah dadu kecil yang bertuliskan nama mereka.
***
Keesokan paginya, Vey bersiap-siap untuk berangkat bersekolah. Seperti biasa kedua orang tua Vey menunggunya di ruang makan. Ketika Vey tiba di ruang makan;
        “Pagi sayang.” kata mama Vey. (sambil menyodorkan sebuah kotak hadiah) ini hadiah buat kamu. Maaf mama telat. Selamat ulang ta….” belum selesai mamanya berbicara, Vey memotongnya.
        “Vey berangkat.” sambil berjalan keluar dan memakan roti.
Ketika berada diluar rumah, Vey melirik ke arah rumah Raka. Berharap Raka memberikan tumpangan lagi ke sekolah seperti pada waktu itu. Tetapi Vey tidak melihat sepeda yang biasa Raka tumpangi ke sekolah. Itu tandanya Raka sudah berangkat ke sekolah. “Pagi-pagi?” Vey berbicara dan bertanya kepada diri sendiri ada apa Raka berangkat pagi-pagi, tidak seperti biasanya. Akhirnya Vey berangkat ke sekolah sendiri naik bus.
***
Suara bising terdengar berasal dari kelas 12B. Beramai-ramai memasang balon-balon, ada yang menyiapkan sebuah kue ulang tahun, menggunakan topi kerucut dan memegang bendera bertuliskan ~Happy Birthday Vey~. Ternyata mereka mempersiapkan kejutan ulang tahun buat Vey.
        “Eh eh.. Vey datang.” teriak seorang laki-laki (teman) yang bertugas untuk menjaga pintu jikalau Vey sudah datang.
Mendengar berita itu, mereka segera bersiap-siap untuk memberikan kejutan. Ketika pintu terbuka, ternyata….. yang datang adalah guru Sam. Melihat itu, anak-anak mengeluh.
        “Pak guru, pak guru dateng disaat waktu yang gak tepat deh.” Lizzy berkata.
        “Ahh pak, seharusnya sms kita dulu atau apa kek kalo mau dateng. Lo juga Riz katanya Vey udah dateng.” kata Jupiter yang tiba-tiba naik ke punggung Fariz.
        “Aw aw berat Jup..” teriak Fariz keberatan.
        “Kalian ini ngapain?” tanya Pak Sam heran.
        “Kita lagi ngadain surprise birthday party buat Vey pak.” jelas Emma.
        “Sekarang Vey nya mana? Belom dateng kan?” kata Pak Sam lagi.
Tiba-tiba Vey datang dengan jalan santainya. Memasuki ruang kelas, sambil melihat sekelilingnya bahwa kelas penuh dengan balon, hiasan rumbe-rumbe seperti anak kecil dan juga kue, wajah Vey terlihat bingung dan diam dengan mata melotot serta bertanya-tanya ada apa.
        “Orangnya datang.” kata Yian.
        “Orang? Siapa?” tanya Vey kebingungan.
        “Kamu.” kata Pak Sam. “Mereka nyiapin pesta kejutan buat kamu.” jelas Pak Sam lagi.
        “Saya?” Vey menjawab.
        “Selamat ulang tahun Vey.” kata Lizzy dan Emma serentak mengucapkan sambil memberikan kuenya dan Vey pun meniup lilinnya. Semua bertepuk tangan.
        “Maaf ya Vey, kita telat ngasih surprise ke lo. Lo tau ga siapa yang udah bikin ide ini?” kata Lizzy. (Vey penasaran) “Rakaaaa….” teriak Emma sambil mengarahkan kedua tangannya ke hadapan Raka. Raka yang melihat Emma bertingkah berlebihan seperti itu hanya senyum-senyum malu dan hanya menatap Vey yang memegang sebuah balon di kanan tangannya. Begitu juga sebaliknya dengan Vey.
        “Sudah.. sudah.. sudah selesaikan? Sekarang kembali ke kursi kalian masing-masing. Bapak ada pengumuman penting. (Anak-anak kembali ke kursinya masing-masing) Vey…” panggil Pak Sam kepada Vey.
        “Iyaa pak?” jawab Vey.
        “Selamat ulang tahun. Sukses.” ucap Pak Sam dan segera berjalan menuju depan kelas untuk memberikan pengumuman. Vey-pun kembali ke kursinya.
        “Everybody, hari ini kita kedatangan murid baru, dan ini artinya kalian akan mendapatkan tambahan teman di kelas ini. Bapak harap kalian saling membantu untuk beradaptasi dengan dia.” kata Pak Sam. “Silahkan masuk.”
        (Murid barunya pun masuk kedalam kelas)
Seorang wanita cantik, berambut coklat, bertubuh tinggi langsing serta berkulit putih-lah yang memasuki kelas tersebut. Ternyata dia adalah Katherine. Anak dari rekan bisnis ayahnya Raka yang berkunjung ke rumahnya pada malam itu. Raka yang melihat kehadiran Kath sebagai murid baru di sekolahnya ini dan kini menjadi teman kelasnya sungguh membuatnya bingung dan terkejut, karena ia tidak pernah memberitahukan asal sekolah dia bersekolah dimana kepadanya.
        “Bagaimana mungkin dia disini.” Raka yang menatap tajam ke Kath, dan Kath pun juga begitu sambil memberikan senyum tipisnya ke arah Raka.
#Flashback
Selepas keluarga Kath kembali dari kediaman Raka, dan sesampainya dirumah, Kath segera berlari menuju kamarnya. Ia membuka laptop dan menyambungkannya ke internet. Ternyata ia mencari nama seseorang di sebuah situs yaitu Raka. Ketika ia sedang scrolldown, ia melihat sebuah foto Raka bersama perempuan, tak lain adalah Vey. Mengenakan pakaian sekolah ia berfoto selfie berdua di sebuah taman sekolah. Vey yang melihat foto tersebut;
        “Oh jadi ini Vey.” kata Kath.
Kath yang memperhatikan detailnya foto itu, ia tak sengaja melihat nama sekolah yang terlihat jelas dalam bet seragam mereka yaitu FAMA HIGH SCHOOL.
        “Raka, Vey, gue akan berdiri di tengah diantara kalian berdua.” kata Kath menatap tajam foto Raka dan Vey.
#FlashbackEnd
Vey yang melihat tatapan Kath mengarah ke Raka, langsung menciutkan senyumannya dan menoleh kepada Raka. Namun Raka juga sedang memperhatikan Kath. Vey sangat heran, ada apa dengan mereka berdua. Vey bertanya-tanya dalam dirinya, atau mungkin mereka berpacaran? Tapi ia tidak yakin, karena jika Raka mempunyai pacar, Vey adalah orang pertama yang mengetahuinya.
        “Silahkan perkenalkan diri kamu.” kata Pak Sam.
        “Baik pak. Hallo semua. Saya Katherine. Panggil saja saya Kath. Senang bertemu dengan kalian. Mohon bantuannya. Terima kasih.” jelas perkenalan Kath kepada teman-teman.
        “Pak, saya ingin bertanya kepada anak baru.” kata Jupiter.
        “Silahkan.”
        “Apa alasan beliau pindah ke sekolah ini?” tanya Jupiter membuat anak-anak lain tertawa karena mengucapkan kata ‘beliau’. Padahal Kath berusia sama dengannya tetapi Jup memanggilnya dengan sebutan beliau, karena beliau ditujukan kepada orang yang lebih tua darinya.
        “Saya awalnya tinggal dan bersekolah di Amerika. Tetapi papi saya mendapatkan tugas di Indonesia sehingga saya harus melanjutkan study saya di sini. Tak hanya itu, saya juga ingin mengenal seseorang.” jelas Kath sambil melirik ke arah Raka.
        “Oke. Sudah cukup ya. Silahkan Kath duduk di…” belum selesai Pak Sam berbicara Kath memotongnya.
        “Pak, bolehkah saya duduk bersama Raka?” kata Katherine yang membuat kesal dengan pernyataan itu termasuk Vey.
        “Hah? Dia pikir dia siapa.” kata anak-anak bergurau.
        “Siapa sih dia? Kayaknya kenal dekat dengan Raka. Vey lo kenal?” tanya Emma berbisik.
        “Engga. Gue gatau. Dan gue gamau tahu.” jawab Vey sinis sambil mengerutkan matanya dan masih melihat tingkah Kath tidak suka.
        “Tapi kursi Raka sudah diisi oleh orang lain.” kata Pak Sam.
        “Hm dia bisa pindah pak, ke kursi itu (sambil menunjuk ke arah kursi Vey).” Jawab Kath sembari memainkan wajah permohonannya.
-Ya. Kebetulan Vey duduk sendirian di kursi yang berisikan dua orang itu. Sebelumnya, teman sebangku Vey telah pindah ke sekolah lain. Jadi sampai saat ini Vey menduduki kursinya sendiri-
Melihat tingkah laku Kath yang semakin menjadi, menganggap sekolah ini diatur olehnya, wajah Vey langsung kaget drastis dan membuat teman-teman yang lainnya serentak memandang ke arah Kath.
        “Hahhh…..” kata salah satu anak perempuan yang juga ikutan kesal melihat sikap Kath.
        “Wow… amazing. Apakah Raka kenal dengan Kath?” tanya Hanny ke Jupiter.
        “Mungkin mereka sedang dekat.” jawab Jupiter meledek sambil melihat ke arah Raka, namun Raka masih saja memandang Kath dengan heran dan sinis.
        “Apakah mereka pacaran?”
        “Bisa jadi.. buktinya anak baru itu berani meminta duduk dengan Raka.” kata anak-anak yang sedari tadi masih bertanya-tanya siapa sebenarnya dengan anak baru itu.
Sedangkan disisi lain, Vey yang masih memperlihatkan wajah tidak sukanya itu menjawab, “Tidak masalah, silahkan.” kata Vey jutek.
Pernyataan Vey itu tentunya membuat teman-teman sekelasnya kaget, karena memperbolehkan orang baru di kelasnya itu duduk bersama dengan teman sejak kecilnya itu. Hal itu juga membuat Raka terkejut dan langsung menoleh ke arah Vey. Setelah Vey menyetujui kesepakatan itu, Kath langsung menghampiri bangku Raka yang berada di barisan paling belakang dan ia sempat melirik kepada Vey saat berjalan. Sedangkan teman sebangku yang tadinya duduk dengan Raka berpindah tempat ke kursi Vey. Sesampainya, Kath langsung duduk meletakkan tas nya dan menyapa Raka dengan lembut;
        “Hai Raka, kita ketemu lagi.” Kata Kath riang.
Raka hanya diam dan tidak merespon sama sekali sambutan hangat Kath. Justru dia mengalihkan pandangannya ke depan. Sesekali melirik Vey. Sedangkan Vey tetap fokus pada pandangannya yang sedari tadi mengarah ke depan kelas.
        “Sudah sudah.. anak-anak.. sekarang bapak harap kalian bisa menerima murid baru dengan baik. Dan tolong kerja samanya.” Kata Pak Han sembari pamit untuk keluar kelas.
Setelah Pak Han keluar kelas, Vey juga beranjak pergi ke luar kelas tanpa melirik kanan kirinya. Melihat hal itu membuat anak-anak kaget, mereka beranggapan jika Vey cemburu dengan Kath karena akan ada dua orang perempuan yang dekat dengan Raka.
        “Wahh.. Vey pasti cemburu ngeliat kejadian barusan.” salah satu temannya bergumam.
        “Keren, Raka nambah satu cewe cantik lagi di dekatnya. Aku juga mau dongggg.” ledek temannya lagi.
        (Raka hanya melihat kepergian Vey begitu juga dengan sahabatnya)
***
Di toilet, ada seorang gadis cantik sedang berkaca sambil mencuci tangannya. Ternyata itu adalah Vey. Dia memilih pergi dari kelasnya untuk menenangkan dirinya.
        “Ketemu lagi? Siapa sih dia? Berarti sebelumnya mereka pernah ketemu? Bukan.. bukan.. bukan pernah tapi sering. Hah, kenapa gue jadi ngurusin mereka sih. Tapi kenapa ada yang aneh sama diri gue. Gak gak gak mungkin……” kata Vey berbicara kepada dirinya sendiri melalui kaca. “Justru itu bagus dong buat Raka, dia udah nemuin cewek yang tepat dan ga lagi buntutin gue kemana-mana. Tapi ini… (memegang dadanya) kenapa….?” belum selesai perkataannya, ada seseorang yang datang dan memotongnya;
        “Kenapa? Jealous?” suara perempuan yang mengarah ke dalam toilet dan ternyata dia adalah Kath. Vey yang melihat kedatangannya dari arah kaca mendadak badmood. Dirinya lebih memilih pergi namun tertahan oleh perkataan Kath;
        “Jadi lo yang namanya Vey?” kata Kath dengan nada menantang.
        “Hai. (melambaikan tangannya) gue Katherine, calon tunangannya Raka.” kata Kath menambahkan.
Vey yang mendengar pernyataan Kath, sontak membuat dirinya tidak percaya. Dengan mata melotot kagetnya, ia terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa. Apa yang dikatakan oleh Kath itu memang kenyataan atau hanyalah bohongan semata untuk membuat dirinya kesal. Di balik dirinya, Kath hanya tersenyum sinis melihat wajah Vey yang sangat terkejut karena ucapannya tadi.
~To Be Continued~
Apa yang akan dilakukan oleh Vey terhadap Kath?

2 comments: