Keesokan
harinya, hari yang special bagi Vey. Bukan lain hari ini adalah hari
kelahirannya, 31 July. Tidak bertemu dengan teman-teman karena kebetulan hari
ini juga hari libur sekolah. berharap akan ada yang datang memberikan kejutan.
Tapi di malam hari sebelumnya, handphone Vey dimatikan secara sengaja olehnya,
karena dia menganggap dan mengira bahwa dihari ulang tahunnya itu tidak aka
nada yang special. Vey pun hanya menonton drama kesukaannya yaitu drama korea.
Benar dugaannya, di hari yang special ini pun ia tidak mendengar kata –selamat
ulang tahun- termasuk dari keluarganya. Ayah, Ibu dan adiknya tidak memberikan
selamat. Tapi ia tidak tahu bagaimana dengan teman-temannya, karena ia
menon-aktifkan ponselnya dari semalam. Perasaan kecewa menghampirinya.
Meluapkan isi hatinya melalui tulisan buku diary miliknya di dalam kamarnya. Ia
bertanya-tanya “Apakah mereka tidak ingat? Hari ini merupakan tanggal aku
dilahirkan. Keluargaku, temanku bahkan sahabatku. Mereka tidak ingat? Tidak
bisakah mereka membuatku bahagia walaupun hanya sekedar ucapan?” tulis Vey
dalam diarynya. Raka yang bahkan teman dekatnya pun sampai 12 jam hari ulang
tahun belum mengucapkan selamat. Ponsel milik Vey dibiarkan tergeletak begitu
saja diatas mejanya. Sesekali ia melirik ponselnya, berharap suara panggilan
berbunyi. Ia tidak akan mengaktifkan handphonenya jika ia belum mendengar
ucapan selamat ulang tahun dari keluarganya.
“Kemana kalian pergi?” Vey berbicara
dengan foto yang berisi ayah dan ibu kandungnya serta adiknya.
Vey
menunggu hingga malam, ia belum juga mendengar ucapan yang dia inginkan.
Akhirnya Vey memutuskan untuk keluar rumah mencari angin malam. Sambil ditemani
headset putih mendengarkan lagu kesukannya Tiger. Berjalan seorang diri
ditengah keramaian, sesekali menghela napas panjang sambil melihat
sekelilingnya. Duduk disebuah taman, melihat kanan kiri merasa iri banyak orang
berkumpul bersama tertawa bahagia. Ia melamun, sambil memandang langit dan
berkata, “wah indahnya.” Tiba-tiba seorang laki-laki muncul, bergegas duduk
disamping kanannya.
“Apanya yang indah?” kata si cowok
tersebut.
“Hah” Vey kaget tiba-tiba ada orang yang
tak dikenal duduk disampingnya.
“Kenapa? Kaget ya?” jawab cowok itu.
(mata melotot heran) “Hoh. (melepas
headsetnya) maaf, siapa ya?” tanya Vey.
“Ah Chiko. Nama gue Chiko” jawabnya
memperkenalkan diri sambil berjabat tangan.
“ohh ya” jawab Vey senyum heran.
“Jangan terlalu lama memandang langit.
Itu tandanya terlalu tinggi harapan.” Kata Chiko yang juga ikut memandang
langit sekejap.
(Vey melepaskan pandangan langitnya itu
dan menatap Chiko)
“Why? Lagi punya harapan tinggi tapi
sampai sekarang belum terkabul?” Chiko menegaskan.
(Vey melotot kaget) “Bagaimana……” jawab
Vey sedikit takut.
“Benerkan? Bener. Haha. Jelas keliatan
dari wajah kamu sedang menunggu sebuah harapan yang tak kunjung datang” kata
Chiko meledek.
(Vey hanya diam, takut dengan orang yang
tak dikenal tersebut)
“Jujur, daritadi aku memperhatikan kamu
dari sana (Chiko menunjuk tempat duduk sebelumnya yang ia duduki) kamu
kelihatan sedih. Ternyata kamu sedih menunggu sebuah harapan. Harapan tentang
apa? Pacar? Teman? Atau keluarga?” jelas Chiko sambil mendekatkan badannya ke
Vey. Vey pun spontan menjauhkan dirinya.
“Gak ada” jawab Vey singkat.
“Yakin? Cerita aja gapapa. Aku siap
dengerin curhatan kamu kok” Chiko mengajak.
“Gak semua cerita yang aku punya, dapat
aku ceritakan ke semua orang. Apalagi orang yang gak dikenal seperti kamu.”
Kata Vey tegas sambil melirik Chiko tajam.
“Oh gitu. Oke terserah kamu. Aku Cuma
menawarkan diri. Karena aku tau rasanya menyediri itu gimana. Di saat-saat
seperti itu yang kita butuhkan adalah seseorang. Bukan lagu mellow yang bikin
suasana hati kita tambah sedih. Jangan terlalu sering melihat langit, dia
memang cantik, mempunyai harapan tinggi memang sesuai untuknya. Tapi coba deh
sesekali lihat ke laut, sesekali ia membawa derasnya ombak ke pinggir pantai,
begitu juga dengan harapan.” kata Chiko bijak. Perkataannya membuat Vey terdiam
dan pandangannya hilang, tangispun tak kuat ia tahan. Chiko yang sudah bersiap
untuk bangun dari duduknya, Vey menahan dan menggenggam tangan Chiko sambil berkata,
“Jangan pergi” (air mata menetes) “Lima menit. Lima menit aja.” Pinta Vey
kepada Chiko untuk menemaninya malam itu.
***
Di
kediaman rumah Raka, di ruang tamu. Raka beserta kedua orang tuanya sedang
menerima tamu. Yakni rekan bisnis papa-nya yang juga bersama istrinya serta
anak perempuannya, Katherin. Mereka saling memperkenalkan buah hati
masing-masing. Dimana Raka sendiri sedang dilanda gelisah, karena ternyata
secara diam-diam dia telah mempersiapkan hadiah kejutan untuk Vey. Selama ini
ia tidak lupa dengan hari ulang tahun teman dekat yang dia dicintai itu. Ia
hanya ingin membuat Vey kesal karena dirinya tidak memberikan ucapan dan
membuat hadiah kejutan untuknya. Raka yang duduk diantara mama dan papanya,
tiba-tiba izin pamit untuk keluar terlebih dahulu dengan alasan ada keperluan
mendadak. Orang tua-nya pun mengiyakan, terkecuali Kath (sapaan Katherine), ia
terlihat kesal karena ditinggal pergi olehnya membiarkan dirinya duduk diantara
pertemuan bisnis orang tuanya. Raka berlari menuju rumah Vey sambil membawa
hadiah kejutan yang disiapkannya. Terlihat bahagia dari pemilik wajah vampire
tersebut. Tepat pukul 8 malam Raka berada di depan rumah Vey. Menunggu… dan
menunggu. Duduk berdiri duduk berdiri untuk menghilangkan kebosanannya selagi
menunggu Vey.
***
Di
hamparan taman-taman dikelilingi bunga yang indah, Vey dan Chiko berjalan
seusai percakapannya Chiko mendengarkan cerita Vey. Mereka berjalan
berdampingan. Tiba-tiba Chiko melihat sebuah bunga merah yang bermekar indah
dan sebuah korek api, “Tunggu disini” kata Chiko menyuruh Vey jangan pergi
kemana-mana. Chiko pun berlari mengambil kedua benda tersebut. Setelah mengambil
Chiko menghampiri Vey kembali, dan berkata;
(sambil melihat jam tangan) “Masih ada
waktu lima menit lagi sebelum hari ulang tahunmu berakhir.”
(Chiko menyalakan korek apinya) “Make a
wish!” kata Chiko.
Vey
yang melihat tingkah laku Chiko hanya tersenyum dan berkata, “Oke” Vey menutup
mata dan membuat permohonan di detik-detik sisa waktu di hari specialnya itu
dan meniupkan api yang menyala itu.
“Happy birthday.” Chiko berkata sambil
memberikan bunga yang di petiknya itu.
(Vey tersenyum) “Hem, thanks Chik” jawab
Vey dengan menerima bunga pemberian dari Chiko. Vey dan Chiko akhirnya
melanjutkan perjalanannya kembali.
***
Waktu
menunjukkan pukul 23.57, Raka masih tetap menunggu kedatangan Vey. “Kenapa lo
gak dateng?” Raka berbicara sendiri.
“Raka kamu ngapain?” kata Mama Raka yang
keluar dari rumah bersama rekan bisnisnya. Pertemuan itu telah selesai dan
kedua orang tua Raka mengantarkan rekannya itu keluar.
“Oh lagi nungguin Vey mah” jawab Raka
sambil loncat-loncat mengintip kea rah rumah Vey.
(Mama Raka menggeleng-geleng kepala)
“Vey itu siapa tante?” tanya Kath.
“Oh Vey itu teman dekatnya Raka. Mereka
sudah berteman dari kecil.” Jawab mama Raka halus.
“Ohh..” kata Kath yang melirik Raka
dengan rasa penasaran ada apa dengan mereka berdua.
Akhirnya
rekan bisnis kedua orang tua Raka pun pergi menggunakan mobil miliknya, disusul
dengan kedua orang tua Raka masuk kembali ke dalam rumahnya sambil memberi pesan
kepada anaknya untuk segera masuk ke dalam karena cuaca di luar sangat dingin.
Tapi Raka sepertinya tidak mendengarkan perkataan mereka, ia sibuk menunggu
Vey. Akhirnya Raka mengeluarkan ponselnya dan menelpon Vey, namun suara yang
muncul adalah –nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan- (memang
sedari tadi Vey mematikan ponselnya) Raka berkali-kali menelpon Vey, rasa
khawatir juga datang kepada dirinya. Hingga pada akhirnya, datanglah seorang
wanita dan laki-laki yang sedang berjalan bersama dari arah kiri diri Raka. Melihat
hal itu, Raka langsung menghentikan panggilannya dan menunggu kedatangan Vey
sampai ke hadapannya.
“Udah datang?” kata Raka sambil
menyembunyikan hadiah tersebut di belakang punggungnya.
“Hhmm, lo ngapain disini?” tanya Vey
heran.
“Oh hhmm (Raka senyum-senyum dan perlahan
ia mengeluarkan hadiahnya itu, namun sebelum ia berhasil menunjukannya kepada
Vey, Chiko memotong pembicaraan diantara keduanya)”
“Vey sampai disini dulu ya. Aku pamit
pulang. Sekali lagi selamat ulang tahun.” Kata Chiko sambil mengelus kepala
Vey.
“Hm makasih buat malam ini Chik.” balas
Vey.
Melihat
pembicaraan mereka. Raka menjadi enggan untuk memberikan hadiah itu kepada Vey.
Dalam hati Raka, ia bertanya-tanya siapa laki-laki itu, hingga kepergiannya pun
Raka tetap memperhatikannya.
(Vey menghadap Raka) “Ohiya ada apa
Rak?” kata Vey sambil menunjukkan wajah senangnya kepada Raka.
(Raka yang melihat betapa gembiranya
wanita yang dicintainya itu pun, ia juga merasakan kebahagiannya)
(Raka mengelus rambut Vey, namun di
tangkis oleh Vey) “Seneng banget kayanya? Ada apa sih?” kata Raka sambil
mengantongi hadiah tersebut ke dalam saku celananya.
“Itu apa? (Vey melihat kotak kecil yang
hendak dikantongi Raka)” tanya Vey.
“Hm? Oh bukan apa-apa kok.” Jawab Raka
sedikit kecewa.
“Lo ga ngumpetin sesuatu dari gue kan?”
tanya Vey lagi sinis.
“Iya bener. Curigaan banget sih.” jawab
Raka meyakinkan Vey.
“Oke kalau gitu” kata Vey yang bergegas
inginmasuk ke dalam rumah, tapi ditahan oleh Raka.
“Eits eits nanti dulu. Buru-buru banget
sih masuknya.” Kata Raka.
“Capek. Mau tidur.” jawab Vey sinis
sambil menangkis genggaman Raka dan berjalan menuju dalam rumah.
“Selamat ulang tahun, Vey.” Kata Raka
cepat sebelum Vey masuk ke dalam rumah sambil menatap.
Vey
yang mendengar ucapan tersebut berhenti dari langkahnya. Ucapan yang ingin dia
dengar dari 24 jam yang lalu baru ia dengar detik ini.
“Walaupun udah lewat satu menit, happy
birthday Vey. Gue ga akan lupa sama hari ulang tahun lo. Gue sengaja gak
ngucapin ke lo sedari pagi karena mau bikin kejutan buat lo, malam ini. Tapi
kelihatannya lo udah bahagia, lo udah seneng, itu melegakan buat gue. Jadi gue
gak khawatir lagi kalo lo bakal marah sama gue gara-gara telat ngucapin. Gue
gatau siapa laki-laki itu, tapi gue akan berterima kasih karena udah buat lo
sebahagia ini. (sambil mengambil hadiah dari dalam sakunya) ini buat lo. Ini
hadiah yang bisa gue kasih.” Kata Raka yang berbicara dari balik punggung Vey.
(Vey hanya diam dan Raka memberikan
hadiahnya itu ke genggaman tangan Vey) “Good night, Vey.” Kata Raka sambil
masuk ke dalam rumah terlebih dahulu dan meninggalkan Vey di luar seorang diri.
Vey
yang hanya diam tidak bergerak sama sekali pun hampir meneteskan air mata. Ia
langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya, segera ia menyalakan
ponselnya dan ternyata ada 25 panggilan tak terjawab dari Raka serta pesan yang
berisi, “Vey dimana? Cepat keluar. Gue di depan rumah lo.” –Terkirim pukul
20:15-
Vey
baru menyadari bahwa Raka menunggu dirinya selama empat jam, sedangkan dirinya
sedang berbahagia bersama Chiko, seseorang yang baru dikenalnya malam itu. Vey
melirik pemberian hadiah Raka dan membukanya, ternyata sebuah kalung yang
berinisialkan nama Vey, jika diputar ke arah atas akan membentuk sebuah nama
Raka. Sebuah kalung yang menyatukan nama mereka berdua. Raka memberikan kalung
itu juga memiliki arti yakni bahwa mereka berdua tidak dapat dipisahkan
layaknya burung merpati. Ya! Di kalung tersebut juga terdapat simbol burung
merpati putih serta sebuah dadu kecil yang bertuliskan nama mereka.
***
Keesokan
paginya, Vey bersiap-siap untuk berangkat bersekolah. Seperti biasa kedua orang
tua Vey menunggunya di ruang makan. Ketika Vey tiba di ruang makan;
“Pagi sayang.” kata mama Vey. (sambil
menyodorkan sebuah kotak hadiah) ini hadiah buat kamu. Maaf mama telat. Selamat
ulang ta….” belum selesai mamanya berbicara, Vey memotongnya.
“Vey berangkat.” sambil berjalan keluar
dan memakan roti.
Ketika
berada diluar rumah, Vey melirik ke arah rumah Raka. Berharap Raka memberikan
tumpangan lagi ke sekolah seperti pada waktu itu. Tetapi Vey tidak melihat
sepeda yang biasa Raka tumpangi ke sekolah. Itu tandanya Raka sudah berangkat
ke sekolah. “Pagi-pagi?” Vey berbicara dan bertanya kepada diri sendiri ada apa
Raka berangkat pagi-pagi, tidak seperti biasanya. Akhirnya Vey berangkat ke
sekolah sendiri naik bus.
***
Suara
bising terdengar berasal dari kelas 12B. Beramai-ramai memasang balon-balon,
ada yang menyiapkan sebuah kue ulang tahun, menggunakan topi kerucut dan
memegang bendera bertuliskan ~Happy Birthday Vey~. Ternyata mereka
mempersiapkan kejutan ulang tahun buat Vey.
“Eh eh.. Vey datang.” teriak seorang
laki-laki (teman) yang bertugas untuk menjaga pintu jikalau Vey sudah datang.
Mendengar
berita itu, mereka segera bersiap-siap untuk memberikan kejutan. Ketika pintu
terbuka, ternyata….. yang datang adalah guru Sam. Melihat itu, anak-anak
mengeluh.
“Pak guru, pak guru dateng disaat waktu
yang gak tepat deh.” Lizzy berkata.
“Ahh pak, seharusnya sms kita dulu atau
apa kek kalo mau dateng. Lo juga Riz katanya Vey udah dateng.” kata Jupiter
yang tiba-tiba naik ke punggung Fariz.
“Aw aw berat Jup..” teriak Fariz
keberatan.
“Kalian ini ngapain?” tanya Pak Sam
heran.
“Kita lagi ngadain surprise birthday
party buat Vey pak.” jelas Emma.
“Sekarang Vey nya mana? Belom dateng
kan?” kata Pak Sam lagi.
Tiba-tiba
Vey datang dengan jalan santainya. Memasuki ruang kelas, sambil melihat
sekelilingnya bahwa kelas penuh dengan balon, hiasan rumbe-rumbe seperti anak
kecil dan juga kue, wajah Vey terlihat bingung dan diam dengan mata melotot
serta bertanya-tanya ada apa.
“Orangnya datang.” kata Yian.
“Orang? Siapa?” tanya Vey kebingungan.
“Kamu.” kata Pak Sam. “Mereka nyiapin
pesta kejutan buat kamu.” jelas Pak Sam lagi.
“Saya?” Vey menjawab.
“Selamat ulang tahun Vey.” kata Lizzy
dan Emma serentak mengucapkan sambil memberikan kuenya dan Vey pun meniup
lilinnya. Semua bertepuk tangan.
“Maaf ya Vey, kita telat ngasih surprise
ke lo. Lo tau ga siapa yang udah bikin ide ini?” kata Lizzy. (Vey penasaran)
“Rakaaaa….” teriak Emma sambil mengarahkan kedua tangannya ke hadapan Raka.
Raka yang melihat Emma bertingkah berlebihan seperti itu hanya senyum-senyum
malu dan hanya menatap Vey yang memegang sebuah balon di kanan tangannya.
Begitu juga sebaliknya dengan Vey.
“Sudah.. sudah.. sudah selesaikan?
Sekarang kembali ke kursi kalian masing-masing. Bapak ada pengumuman penting.
(Anak-anak kembali ke kursinya masing-masing) Vey…” panggil Pak Sam kepada Vey.
“Iyaa pak?” jawab Vey.
“Selamat ulang tahun. Sukses.” ucap Pak
Sam dan segera berjalan menuju depan kelas untuk memberikan pengumuman. Vey-pun
kembali ke kursinya.
“Everybody, hari ini kita kedatangan
murid baru, dan ini artinya kalian akan mendapatkan tambahan teman di kelas
ini. Bapak harap kalian saling membantu untuk beradaptasi dengan dia.” kata Pak
Sam. “Silahkan masuk.”
(Murid barunya pun masuk kedalam kelas)
Seorang
wanita cantik, berambut coklat, bertubuh tinggi langsing serta berkulit
putih-lah yang memasuki kelas tersebut. Ternyata dia adalah Katherine. Anak
dari rekan bisnis ayahnya Raka yang berkunjung ke rumahnya pada malam itu. Raka
yang melihat kehadiran Kath sebagai murid baru di sekolahnya ini dan kini
menjadi teman kelasnya sungguh membuatnya bingung dan terkejut, karena ia tidak
pernah memberitahukan asal sekolah dia bersekolah dimana kepadanya.
“Bagaimana mungkin dia disini.” Raka
yang menatap tajam ke Kath, dan Kath pun juga begitu sambil memberikan senyum
tipisnya ke arah Raka.
#Flashback
Selepas
keluarga Kath kembali dari kediaman Raka, dan sesampainya dirumah, Kath segera
berlari menuju kamarnya. Ia membuka laptop dan menyambungkannya ke internet. Ternyata
ia mencari nama seseorang di sebuah situs yaitu Raka. Ketika ia sedang
scrolldown, ia melihat sebuah foto Raka bersama perempuan, tak lain adalah Vey.
Mengenakan pakaian sekolah ia berfoto selfie berdua di sebuah taman sekolah.
Vey yang melihat foto tersebut;
“Oh jadi ini Vey.” kata Kath.
Kath
yang memperhatikan detailnya foto itu, ia tak sengaja melihat nama sekolah yang
terlihat jelas dalam bet seragam mereka yaitu FAMA HIGH SCHOOL.
“Raka, Vey, gue akan berdiri di tengah
diantara kalian berdua.” kata Kath menatap tajam foto Raka dan Vey.
#FlashbackEnd
Vey
yang melihat tatapan Kath mengarah ke Raka, langsung menciutkan senyumannya dan
menoleh kepada Raka. Namun Raka juga sedang memperhatikan Kath. Vey sangat
heran, ada apa dengan mereka berdua. Vey bertanya-tanya dalam dirinya, atau
mungkin mereka berpacaran? Tapi ia tidak yakin, karena jika Raka mempunyai
pacar, Vey adalah orang pertama yang mengetahuinya.
“Silahkan perkenalkan diri kamu.” kata
Pak Sam.
“Baik pak. Hallo semua. Saya Katherine.
Panggil saja saya Kath. Senang bertemu dengan kalian. Mohon bantuannya. Terima
kasih.” jelas perkenalan Kath kepada teman-teman.
“Pak, saya ingin bertanya kepada anak
baru.” kata Jupiter.
“Silahkan.”
“Apa alasan beliau pindah ke sekolah
ini?” tanya Jupiter membuat anak-anak lain tertawa karena mengucapkan kata
‘beliau’. Padahal Kath berusia sama dengannya tetapi Jup memanggilnya dengan
sebutan beliau, karena beliau ditujukan kepada orang yang lebih tua darinya.
“Saya awalnya tinggal dan bersekolah di
Amerika. Tetapi papi saya mendapatkan tugas di Indonesia sehingga saya harus
melanjutkan study saya di sini. Tak hanya itu, saya juga ingin mengenal
seseorang.” jelas Kath sambil melirik ke arah Raka.
“Oke. Sudah cukup ya. Silahkan Kath
duduk di…” belum selesai Pak Sam berbicara Kath memotongnya.
“Pak, bolehkah saya duduk bersama Raka?”
kata Katherine yang membuat kesal dengan pernyataan itu termasuk Vey.
“Hah? Dia pikir dia siapa.” kata
anak-anak bergurau.
“Siapa sih dia? Kayaknya kenal dekat
dengan Raka. Vey lo kenal?” tanya Emma berbisik.
“Engga. Gue gatau. Dan gue gamau tahu.”
jawab Vey sinis sambil mengerutkan matanya dan masih melihat tingkah Kath tidak
suka.
“Tapi kursi Raka sudah diisi oleh orang
lain.” kata Pak Sam.
“Hm dia bisa pindah pak, ke kursi itu
(sambil menunjuk ke arah kursi Vey).” Jawab Kath sembari memainkan wajah
permohonannya.
-Ya.
Kebetulan Vey duduk sendirian di kursi yang berisikan dua orang itu.
Sebelumnya, teman sebangku Vey telah pindah ke sekolah lain. Jadi sampai saat
ini Vey menduduki kursinya sendiri-
Melihat
tingkah laku Kath yang semakin menjadi, menganggap sekolah ini diatur olehnya,
wajah Vey langsung kaget drastis dan membuat teman-teman yang lainnya serentak
memandang ke arah Kath.
“Hahhh…..” kata salah satu anak
perempuan yang juga ikutan kesal melihat sikap Kath.
“Wow… amazing. Apakah Raka kenal dengan
Kath?” tanya Hanny ke Jupiter.
“Mungkin mereka sedang dekat.” jawab Jupiter
meledek sambil melihat ke arah Raka, namun Raka masih saja memandang Kath
dengan heran dan sinis.
“Apakah mereka pacaran?”
“Bisa jadi.. buktinya anak baru itu
berani meminta duduk dengan Raka.” kata anak-anak yang sedari tadi masih
bertanya-tanya siapa sebenarnya dengan anak baru itu.
Sedangkan
disisi lain, Vey yang masih memperlihatkan wajah tidak sukanya itu menjawab,
“Tidak masalah, silahkan.” kata Vey jutek.
Pernyataan
Vey itu tentunya membuat teman-teman sekelasnya kaget, karena memperbolehkan
orang baru di kelasnya itu duduk bersama dengan teman sejak kecilnya itu. Hal
itu juga membuat Raka terkejut dan langsung menoleh ke arah Vey. Setelah Vey
menyetujui kesepakatan itu, Kath langsung menghampiri bangku Raka yang berada
di barisan paling belakang dan ia sempat melirik kepada Vey saat berjalan. Sedangkan
teman sebangku yang tadinya duduk dengan Raka berpindah tempat ke kursi Vey. Sesampainya,
Kath langsung duduk meletakkan tas nya dan menyapa Raka dengan lembut;
“Hai Raka, kita ketemu lagi.” Kata Kath
riang.
Raka
hanya diam dan tidak merespon sama sekali sambutan hangat Kath. Justru dia
mengalihkan pandangannya ke depan. Sesekali melirik Vey. Sedangkan Vey tetap fokus
pada pandangannya yang sedari tadi mengarah ke depan kelas.
“Sudah sudah.. anak-anak.. sekarang
bapak harap kalian bisa menerima murid baru dengan baik. Dan tolong kerja
samanya.” Kata Pak Han sembari pamit untuk keluar kelas.
Setelah
Pak Han keluar kelas, Vey juga beranjak pergi ke luar kelas tanpa melirik kanan
kirinya. Melihat hal itu membuat anak-anak kaget, mereka beranggapan jika Vey
cemburu dengan Kath karena akan ada dua orang perempuan yang dekat dengan Raka.
“Wahh.. Vey pasti cemburu ngeliat
kejadian barusan.” salah satu temannya bergumam.
“Keren, Raka nambah satu cewe cantik
lagi di dekatnya. Aku juga mau dongggg.” ledek temannya lagi.
(Raka hanya melihat kepergian Vey begitu
juga dengan sahabatnya)
***
Di
toilet, ada seorang gadis cantik sedang berkaca sambil mencuci tangannya.
Ternyata itu adalah Vey. Dia memilih pergi dari kelasnya untuk menenangkan
dirinya.
“Ketemu lagi? Siapa sih dia? Berarti
sebelumnya mereka pernah ketemu? Bukan.. bukan.. bukan pernah tapi sering. Hah,
kenapa gue jadi ngurusin mereka sih. Tapi kenapa ada yang aneh sama diri gue.
Gak gak gak mungkin……” kata Vey berbicara kepada dirinya sendiri melalui kaca.
“Justru itu bagus dong buat Raka, dia udah nemuin cewek yang tepat dan ga lagi
buntutin gue kemana-mana. Tapi ini… (memegang dadanya) kenapa….?” belum selesai
perkataannya, ada seseorang yang datang dan memotongnya;
“Kenapa? Jealous?” suara perempuan yang
mengarah ke dalam toilet dan ternyata dia adalah Kath. Vey yang melihat
kedatangannya dari arah kaca mendadak badmood. Dirinya lebih memilih pergi
namun tertahan oleh perkataan Kath;
“Jadi lo yang namanya Vey?” kata Kath
dengan nada menantang.
“Hai. (melambaikan tangannya) gue
Katherine, calon tunangannya Raka.” kata Kath menambahkan.
Vey
yang mendengar pernyataan Kath, sontak membuat dirinya tidak percaya. Dengan
mata melotot kagetnya, ia terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa. Apa yang
dikatakan oleh Kath itu memang kenyataan atau hanyalah bohongan semata untuk
membuat dirinya kesal. Di balik dirinya, Kath hanya tersenyum sinis melihat
wajah Vey yang sangat terkejut karena ucapannya tadi.
~To
Be Continued~
Apa
yang akan dilakukan oleh Vey terhadap Kath?
Syifffff lanjutin lagi dongg syif seru syif
ReplyDeleteAkan segera rilis untuk episode 4 nya
ReplyDelete